Cinta
yang terpendam
Aku
tercengang menatap wajah yang tak asing lagi bagiku. Semakin aku berusaha
menjauh darinya, wajah itu semakin mendekat. Aku tak mengerti dengan apa yang
ada dalam pikiran cowok yang berada dihadapanku saat ini. Dia begitu antusias menatapku.
“Orang
aneh” kataku terhadapnya.
Namun
entah setan apa yang telah merasuki tubuh pemuda ini. Hingga dia tak sedikitpun
memberi respon terhadap apa yang aku katakan barusan.
“Pergi
jauh-jauh cowok aneh” tegasku sekali lagi.
“Kau
bilang aku orang aneh? Sekarang kamu lihat, semua anak menatap kita. Apakah
hanya aku saja yang aneh? Sedangkan disini aku tidak sendiri. Tapi bersama
denganmu.” Dia tersenyum simpul.
Aku
mulai melirik kearah orang-orang yang ada disekitarku saat ini. Memang benar,
mereka menatap kami seperti melihat kejadian yang menakjubkan. Aku berusaha
pergi dari tempat itu. Tapi cowok resek ini justru menahan tanganku dengan
kuat.
“Lepaskan!!”
“Mau
kemana kamu? Urusan kita belum selesai cewek galak..”
“Mau
loe tu apa sih?”
“Cuma
satu hal.” Dia memandangku dengan tajam, isyarat matanya memunculkan tanda
tanya dalam benakku. “ Kamu ingat perjanjian kita kan??” dia mengedutkan
alisnya.
Aku
diam menunduk. Aku memang mengenalnya sudah lama. Jauh sebelum aku masuk dalam
sekolah ini. Bahkan tak jarang juga orang tuanya datang ke rumahku, karena
memang ayahku adalah sahabat dari ayahnya. Itulah kenapa orang aneh ini selalu
hadir dalam hidupku. Karena orang tua kami memang ada sedikit niat untuk
menyatukan kami. Akan tetapi, aku sedikitpun tak ada hasrat untuk bersanding
dengannya. Aku hanya mengemban amanah dari almarhum mama. Sebelum meninggal
beliau bilang, hanya Reza yang boleh menjagaku kemanapun aku pergi, dan hanya
Reza juga yang boleh menjadi pendamping dalam hidupku kelak. Jujur saja aku tidak
setuju dengan keputusan mama saat itu. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa,
waktu itu mama dalam keadaan sekarat. Jadi aku harus bisa menjaga perasaannya,
serta memenuhi permintaan terakhirnya. Sampai pada akhirnya aku dan Reza
mencoba untuk menjalankan amanah mama. Namun baru berapa hari aku bersamanya,
dia benar-benar resek. Sekolah minta dijemput, pulang minta dianter, padahal
gue kan cewek. Udah gitu kalau jalan pasti gue yang bayarin. Bete gue jadinya
sama tu anak. Baru sebentar aja gue udah nggak tahan, gimana kalau sampai gue
jadi istrinya nanti?? Mau makan apa gue??.!!
“Haaacchhh!!
Gue muak dengan sandiwara ini. Secepatnya kita harus ngomong sama orang tua
kita masing-masing.” Aku menatapnya dengan tatapan kesal.
“Kenapa
harus bilang? Aku nyaman dengan semua ini..” jawabnya dengan senyuman manis.
“Jelas
saja kamu nyaman. Cowok mana yang nggak nyaman sama gue? Udah cantik, tajir,
pinter, baik pula.. loe tu beruntung banget bisa sering jalan sama gue..”
“Owh
ya? Nggak kebalik ya? Bukannya kamu yang seharusnya beruntung punya gebetan
setampan gue? Selain ketua osis di sekolah, gue juga vocalis band. Loe tahu
nggak,, semua cewek disekolah ini banyak banget yang pengen ngantri jadi pacar
gue..”
Aku
tersenyum simpul menatap cowok resek itu. Semakin aku merasa kesal dengannya,
semakin gencar pula ia untuk terus mengejekku.
Suasana
semakin hening, aku dan dia saling tatap muka. Mata bertemu mata, rasa bertemu
rasa, hati bertemu hati, dan semuanya seakan bercampur baur menjadi unek-unek
yang ingin aku muntahkan saat itu juga. Hanya satu yang aku pikiran saat ini.
Aku ingin cepat pergi dari tempat ini.
“Kenapa
diam?” pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
“Bousyiiit
loe!!” Aku pergi berlalu dari tempat itu, dan meninggalkan cowok tersebut
sendirian di tengah jalan.
Suara
petir mulai terdengar jelas mewarnai suasana saat itu. Memberikan tanda
sebentar lagi akan turun hujan lebat. Dan dalam hitungan detik saja rintik
hujan sudah terjatuh dihadapanku. Sedikit ada yang mengganjal dalam pikiranku
saat ini. Kenapa tiba-tiba ada perasaan lain saat aku berusaha pergi
meninggalkan Reza. Seperti ada perasaan tidak rela. Aku menoleh kebelakang, dan
terlihat sosok pemuda tadi tengah tertegun menatap tajam kearahku. Di iringi
rintik hujan yang turun, aku menghentikan langkahku. Cowok bertubuh jangkung
itu mulai berjalan ke depan. Dengan langkah gontai, dia berjalan semakin
mendekatiku. Dan tepat ketika sampai dihadapanku, dia berbicara dengan nada
semakin meninggi.
“Oke..
aku bakal bilang ke papa, kalau kamu memang nggak suka dengan perjanjian orang
tua kita. Aku memang sadar, siapa aku di mata kamu. Tidak lebih sebagai
pengganggu dalam hidupmu. Selama ini aku memang hanya jadi pengacau dalam
duniamu. Aku minta maaf Dhea. Selama ini aku memang selalu membuatmu kesal,
bahkan marah. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Seresek apapun aku, sejail
apapun aku terhadap kamu, itu semata-mata hanya ejekan biasa. Aku nggak pernah
ada niat untuk membuat kamu kesal. Justru aku ingin melihat kamu tersenyum.
Oke! Mungkin aku memang konyol, mungkin aku memang gila. Aku jatuh cinta sama
kamu. Dan aku tahu, kamu benar-benar tidak ingin bersamaku. Gue turuti keinginan
loe. Gue bakal pergi dari hidup loe sekarang juga!!”.
Reza
menatapku dengan tatapan sayu. Kemudian dengan perlahan ia mulai membalikkan
badannya, dan berlalu meninggalkanku sendiri di tempat ini. Aku hanya terpaku
menatapnya dari arah belakang. Aku tak pernah menyangka kalau semuanya bakal
jadi seperti ini. Dengan perasaan kacau, aku bersimpuh menahan setiap derai air
mata yang jatuh membasahi wajahku. Sekarang hanya tinggal aku sendiri. Aku
benar-benar bingung, apa yang harus aku lakukan saat ini. aku hanya mampu
melihat kepergiannya dari arah jauh dengan perasaan yang tidak karuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar