Sabtu, 08 Februari 2014

Cerpen_Cinta Yang Terpendam


Cinta yang terpendam
Aku tercengang menatap wajah yang tak asing lagi bagiku. Semakin aku berusaha menjauh darinya, wajah itu semakin mendekat. Aku tak mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran cowok yang berada dihadapanku saat ini. Dia begitu antusias menatapku.
“Orang aneh” kataku terhadapnya.
Namun entah setan apa yang telah merasuki tubuh pemuda ini. Hingga dia tak sedikitpun memberi respon terhadap apa yang aku katakan barusan.
“Pergi jauh-jauh cowok aneh” tegasku sekali lagi.
“Kau bilang aku orang aneh? Sekarang kamu lihat, semua anak menatap kita. Apakah hanya aku saja yang aneh? Sedangkan disini aku tidak sendiri. Tapi bersama denganmu.” Dia tersenyum simpul.
Aku mulai melirik kearah orang-orang yang ada disekitarku saat ini. Memang benar, mereka menatap kami seperti melihat kejadian yang menakjubkan. Aku berusaha pergi dari tempat itu. Tapi cowok resek ini justru menahan tanganku dengan kuat.
“Lepaskan!!”
“Mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai cewek galak..”
“Mau loe tu apa sih?”
“Cuma satu hal.” Dia memandangku dengan tajam, isyarat matanya memunculkan tanda tanya dalam benakku. “ Kamu ingat perjanjian kita kan??” dia mengedutkan alisnya.
Aku diam menunduk. Aku memang mengenalnya sudah lama. Jauh sebelum aku masuk dalam sekolah ini. Bahkan tak jarang juga orang tuanya datang ke rumahku, karena memang ayahku adalah sahabat dari ayahnya. Itulah kenapa orang aneh ini selalu hadir dalam hidupku. Karena orang tua kami memang ada sedikit niat untuk menyatukan kami. Akan tetapi, aku sedikitpun tak ada hasrat untuk bersanding dengannya. Aku hanya mengemban amanah dari almarhum mama. Sebelum meninggal beliau bilang, hanya Reza yang boleh menjagaku kemanapun aku pergi, dan hanya Reza juga yang boleh menjadi pendamping dalam hidupku kelak. Jujur saja aku tidak setuju dengan keputusan mama saat itu. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa, waktu itu mama dalam keadaan sekarat. Jadi aku harus bisa menjaga perasaannya, serta memenuhi permintaan terakhirnya. Sampai pada akhirnya aku dan Reza mencoba untuk menjalankan amanah mama. Namun baru berapa hari aku bersamanya, dia benar-benar resek. Sekolah minta dijemput, pulang minta dianter, padahal gue kan cewek. Udah gitu kalau jalan pasti gue yang bayarin. Bete gue jadinya sama tu anak. Baru sebentar aja gue udah nggak tahan, gimana kalau sampai gue jadi istrinya nanti?? Mau makan apa gue??.!!
“Haaacchhh!! Gue muak dengan sandiwara ini. Secepatnya kita harus ngomong sama orang tua kita masing-masing.” Aku menatapnya dengan tatapan kesal.
“Kenapa harus bilang? Aku nyaman dengan semua ini..” jawabnya dengan senyuman manis.
“Jelas saja kamu nyaman. Cowok mana yang nggak nyaman sama gue? Udah cantik, tajir, pinter, baik pula.. loe tu beruntung banget bisa sering jalan sama gue..”
“Owh ya? Nggak kebalik ya? Bukannya kamu yang seharusnya beruntung punya gebetan setampan gue? Selain ketua osis di sekolah, gue juga vocalis band. Loe tahu nggak,, semua cewek disekolah ini banyak banget yang pengen ngantri jadi pacar gue..”
Aku tersenyum simpul menatap cowok resek itu. Semakin aku merasa kesal dengannya, semakin gencar pula ia untuk terus mengejekku.
Suasana semakin hening, aku dan dia saling tatap muka. Mata bertemu mata, rasa bertemu rasa, hati bertemu hati, dan semuanya seakan bercampur baur menjadi unek-unek yang ingin aku muntahkan saat itu juga. Hanya satu yang aku pikiran saat ini. Aku ingin cepat pergi dari tempat ini.
“Kenapa diam?” pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
“Bousyiiit loe!!” Aku pergi berlalu dari tempat itu, dan meninggalkan cowok tersebut sendirian di tengah jalan.
Suara petir mulai terdengar jelas mewarnai suasana saat itu. Memberikan tanda sebentar lagi akan turun hujan lebat. Dan dalam hitungan detik saja rintik hujan sudah terjatuh dihadapanku. Sedikit ada yang mengganjal dalam pikiranku saat ini. Kenapa tiba-tiba ada perasaan lain saat aku berusaha pergi meninggalkan Reza. Seperti ada perasaan tidak rela. Aku menoleh kebelakang, dan terlihat sosok pemuda tadi tengah tertegun menatap tajam kearahku. Di iringi rintik hujan yang turun, aku menghentikan langkahku. Cowok bertubuh jangkung itu mulai berjalan ke depan. Dengan langkah gontai, dia berjalan semakin mendekatiku. Dan tepat ketika sampai dihadapanku, dia berbicara dengan nada semakin meninggi.
“Oke.. aku bakal bilang ke papa, kalau kamu memang nggak suka dengan perjanjian orang tua kita. Aku memang sadar, siapa aku di mata kamu. Tidak lebih sebagai pengganggu dalam hidupmu. Selama ini aku memang hanya jadi pengacau dalam duniamu. Aku minta maaf Dhea. Selama ini aku memang selalu membuatmu kesal, bahkan marah. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Seresek apapun aku, sejail apapun aku terhadap kamu, itu semata-mata hanya ejekan biasa. Aku nggak pernah ada niat untuk membuat kamu kesal. Justru aku ingin melihat kamu tersenyum. Oke! Mungkin aku memang konyol, mungkin aku memang gila. Aku jatuh cinta sama kamu. Dan aku tahu, kamu benar-benar tidak ingin bersamaku. Gue turuti keinginan loe. Gue bakal pergi dari hidup loe sekarang juga!!”.
Reza menatapku dengan tatapan sayu. Kemudian dengan perlahan ia mulai membalikkan badannya, dan berlalu meninggalkanku sendiri di tempat ini. Aku hanya terpaku menatapnya dari arah belakang. Aku tak pernah menyangka kalau semuanya bakal jadi seperti ini. Dengan perasaan kacau, aku bersimpuh menahan setiap derai air mata yang jatuh membasahi wajahku. Sekarang hanya tinggal aku sendiri. Aku benar-benar bingung, apa yang harus aku lakukan saat ini. aku hanya mampu melihat kepergiannya dari arah jauh dengan perasaan yang tidak karuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar