Hari baru saja berganti petang. Dikeheningan yang
berbalut desis suara angin malam, lamat-lamat kutatap seseorang pemuda dengan
wajah yang tak asing lagi bagiku. Kulitnya putih bak kapas. Hidungnya mancung
dan matanya berbinar terang. Sangat nyaman bagiku dapat menatapnya secara
langsung seperti detik ini.
“ Aku pasti akan merindukanmu..” suara itu
semakin membuatku bergetar. Tak ingin rasanya aku melepas pelukannya yang
hangat. Aku ingin seperti ini untuk waktu yang lebih lama lagi. Aku ingin terus
bersama dengannya.
“ Aku juga pasti akan sangat merindukanmu…”
Kembali kutatap matanya yang terang itu.
Sepertinya aku akan berpisah dengannya dalam waktu yang sangat lama. Rasanya pertemuan
kali ini terlalu singkat untuk dinikmati. Perlahan kulepaskan pelukannya. Bis yang
akan kunaiki sudah hampir dipenuhi oleh penumpang. Dengan perasaan resah dan
gelisah kulangkahkan kakiku menuju pintu masuk terminal.
“ Jaga dirimu baik-baik.. “
“ Jaga hati dan perasaanmu juga..”
Kulontarkan senyuman sedihku. Aku tahu apa yang
dirasakannya saat ini. Sama dengan apa yang aku rasakan. Menjalin hubungan
jarak jauh memanglah tidak mudah. Lewat celah-celah kaca bis yang kutumpangi,
kulihat dia masih mengawasi kepergianku dari kejauhan. Sampai aku benar-benar hilang
dari pandangannya.
XXXX
Rasanya memang sulit bagiku mendengar kabar itu.
Antara suka dan duka. Aku tidak tahu apakah aku harus tersenyum atau justru
sebaliknya. Pengumuman hasil kelulusan itu masih terus kupandangi. Bisa masuk
perguruan tinggi negeri dengan beasiswa yang besar adalah cita-citaku selama
ini.
Tapi ketika kukabarkan berita itu pada seseorang
yang teramat penting bagiku, dia justru melarangku untuk kuliah dengan jarak
yang jauh dari rumah. Aku paham apa maksud dia melarangku. Akan tetapi biar bagaimanapun
juga perjuanganku untuk masuk situ juga sangat sulit. Tidak mungkin semua yang
sudah aku usahakan selama ini kutinggalkan begitu saja.
Setelah mendengarkan penjelasanku yang sangat
panjang, akhirnya diapun memperbolehkanku kuliah di Surabaya. Meskipun dalam
hatinya masih tersimpan segunduk rasa tidak ikhlas.
“ Aku kan bisa pulang sebulan sekali.. lagian
kalau kamu pengen ketemu kamu juga bisa berkunjung ke kosku.. “ kataku berusaha
menghiburnya.
“ Hati-hati sama kehidupan kota. Banyak pengaruh
buruknya..” jawabnya dengan nada dingin.
“ Aku tahu kok. Kamu nggak usah khawatir, aku
pasti bisa jaga diri aku.”
Kulihat wajahnya yang seketika menjadi kusut.
Aku tahu dan paham betul dengan perasaannya. Sudah hampir 3 tahun kami
menjalani hubungan ini. Memang sangat sulit untuk berpisah dalam waktu yang
cukup lama. Apalagi aku dan dia sudah sangat mencintai satu sama lain.
Suasana menjadi hening untuk sejenak. Kami
berdua sama-sama diam. Saling menghibur perasaan satu sama lain. Terkadang
saling berpandangan. Namun sesat kembali menunduk diam.
XXXX
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa inilah
hari keberangkatanku ke Surabaya. Sore hari setelah menyelesaikan shalat
maghrib, dia sudah menjemputku di rumah. Hari ini dia yang akan mengantarkanku
ke terminal.
Setelah berpamitan dengan ibu dan ayah, akupun
berangkat. Selama dalam perjalanan, tidak banyak kata yang dia ucapkan. Mungkin
saja perasaannya sudah tidak enak. Akupun tidak berani untuk memulai
pembicaraan terlebih dahulu. Aku hanya memberinya isyarat dengan mendekap
tubuhnya erat.
Hembusan angin kian terasa mengusik. Semakin
dingin terasa menusuk kulit. Dalam pekat itu, kami masih tetap saling diam. Aku
berusaha memahaminya.
“ Aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini.” akhirnya
dia pun bicara lebih dulu.
Aku justru terdiam. Aku bingung harus bicara apa
dengannya.
“ Aku nggak marah kok. Memang sedikit tidak
ikhlas, tapi aku juga tidak mungkin memaksakan kehendakku sendiri. Aku hanya
takut kalau….. “ dia tidak melajutkan perkataannya. Suaranya sedikit mulai
terdengar rendah.
“ Kamu nggak usah takut kalau aku dapat pengaruh
buruk di sana. Aku ya aku! Tidak akan ada yang berubah denganku. Termasuk
rasaku untukmu.”
Kurasakan tangannya menggenggam erat kedua
tanganku yang berpegang erat pada perutnya.
Hari itu juga terakhir kali aku mendekap
tubuhnya secara langsung. Bis yang kunaiki selama dalam perjalanan mengalami
kecelakaan yang parah. Hanya ada 2 penumpang yang selamat. Aku tidak tahu
dengan keadaannya sekarang seperti apa. Dimana dia. Dengan siapa dia. dan
bagaimana perasaannya. Yang pasti aku sangat merindukannya. Dari jarak yang
sangat jauh untuk ditembus.
XXXendXXX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar