Rabu, 11 Juni 2014

Fall For You


Hari baru saja berganti petang. Dikeheningan yang berbalut desis suara angin malam, lamat-lamat kutatap seseorang pemuda dengan wajah yang tak asing lagi bagiku. Kulitnya putih bak kapas. Hidungnya mancung dan matanya berbinar terang. Sangat nyaman bagiku dapat menatapnya secara langsung seperti detik ini.
“ Aku pasti akan merindukanmu..” suara itu semakin membuatku bergetar. Tak ingin rasanya aku melepas pelukannya yang hangat. Aku ingin seperti ini untuk waktu yang lebih lama lagi. Aku ingin terus bersama dengannya.
“ Aku juga pasti akan sangat merindukanmu…”
Kembali kutatap matanya yang terang itu. Sepertinya aku akan berpisah dengannya dalam waktu yang sangat lama. Rasanya pertemuan kali ini terlalu singkat untuk dinikmati. Perlahan kulepaskan pelukannya. Bis yang akan kunaiki sudah hampir dipenuhi oleh penumpang. Dengan perasaan resah dan gelisah kulangkahkan kakiku menuju pintu masuk terminal.
“ Jaga dirimu baik-baik.. “
“ Jaga hati dan perasaanmu juga..”
Kulontarkan senyuman sedihku. Aku tahu apa yang dirasakannya saat ini. Sama dengan apa yang aku rasakan. Menjalin hubungan jarak jauh memanglah tidak mudah. Lewat celah-celah kaca bis yang kutumpangi, kulihat dia masih mengawasi kepergianku dari kejauhan. Sampai aku benar-benar hilang dari pandangannya.
XXXX
Rasanya memang sulit bagiku mendengar kabar itu. Antara suka dan duka. Aku tidak tahu apakah aku harus tersenyum atau justru sebaliknya. Pengumuman hasil kelulusan itu masih terus kupandangi. Bisa masuk perguruan tinggi negeri dengan beasiswa yang besar adalah cita-citaku selama ini.
Tapi ketika kukabarkan berita itu pada seseorang yang teramat penting bagiku, dia justru melarangku untuk kuliah dengan jarak yang jauh dari rumah. Aku paham apa maksud dia melarangku. Akan tetapi biar bagaimanapun juga perjuanganku untuk masuk situ juga sangat sulit. Tidak mungkin semua yang sudah aku usahakan selama ini kutinggalkan begitu saja.
Setelah mendengarkan penjelasanku yang sangat panjang, akhirnya diapun memperbolehkanku kuliah di Surabaya. Meskipun dalam hatinya masih tersimpan segunduk rasa tidak ikhlas.
“ Aku kan bisa pulang sebulan sekali.. lagian kalau kamu pengen ketemu kamu juga bisa berkunjung ke kosku.. “ kataku berusaha menghiburnya.
“ Hati-hati sama kehidupan kota. Banyak pengaruh buruknya..” jawabnya dengan nada dingin.
“ Aku tahu kok. Kamu nggak usah khawatir, aku pasti bisa jaga diri aku.”
Kulihat wajahnya yang seketika menjadi kusut. Aku tahu dan paham betul dengan perasaannya. Sudah hampir 3 tahun kami menjalani hubungan ini. Memang sangat sulit untuk berpisah dalam waktu yang cukup lama. Apalagi aku dan dia sudah sangat mencintai satu sama lain.
Suasana menjadi hening untuk sejenak. Kami berdua sama-sama diam. Saling menghibur perasaan satu sama lain. Terkadang saling berpandangan. Namun sesat kembali menunduk diam.
XXXX
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa inilah hari keberangkatanku ke Surabaya. Sore hari setelah menyelesaikan shalat maghrib, dia sudah menjemputku di rumah. Hari ini dia yang akan mengantarkanku ke terminal.
Setelah berpamitan dengan ibu dan ayah, akupun berangkat. Selama dalam perjalanan, tidak banyak kata yang dia ucapkan. Mungkin saja perasaannya sudah tidak enak. Akupun tidak berani untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Aku hanya memberinya isyarat dengan mendekap tubuhnya erat.
Hembusan angin kian terasa mengusik. Semakin dingin terasa menusuk kulit. Dalam pekat itu, kami masih tetap saling diam. Aku berusaha memahaminya.
“ Aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini.” akhirnya dia pun bicara lebih dulu.
Aku justru terdiam. Aku bingung harus bicara apa dengannya.
“ Aku nggak marah kok. Memang sedikit tidak ikhlas, tapi aku juga tidak mungkin memaksakan kehendakku sendiri. Aku hanya takut kalau….. “ dia tidak melajutkan perkataannya. Suaranya sedikit mulai terdengar rendah.
“ Kamu nggak usah takut kalau aku dapat pengaruh buruk di sana. Aku ya aku! Tidak akan ada yang berubah denganku. Termasuk rasaku untukmu.”
Kurasakan tangannya menggenggam erat kedua tanganku yang berpegang erat pada perutnya.
Hari itu juga terakhir kali aku mendekap tubuhnya secara langsung. Bis yang kunaiki selama dalam perjalanan mengalami kecelakaan yang parah. Hanya ada 2 penumpang yang selamat. Aku tidak tahu dengan keadaannya sekarang seperti apa. Dimana dia. Dengan siapa dia. dan bagaimana perasaannya. Yang pasti aku sangat merindukannya. Dari jarak yang sangat jauh untuk ditembus.

XXXendXXX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar