Selasa, 09 Desember 2014

Nilai Estetika Bahasa Cinta Dalam Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” Karya: Seno Gumira Adjidarma



Istilah cinta memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Dalam kehidupan ini, kita pasti tidak pernah lepas dari yang namanya cinta. Entah itu cinta kepada orang tua, cinta kepada sahabat, saudara, teman, dan cinta kepada kekasih. Dalam sebuah karya sastrapun banyak sekali cerpen-cerpen, novel, film maupun puisi yang membicarakan tentang cinta, seperti Novel Mira W “Tatkala Mimpi Berakhir”, Supernova 1 Dee, cerpen terjemahan “Dia yang sempurna”, dan lain sebagainya.
Berbicara tentang cinta, kita semua pasti pernah merasakannya bukan? Bagaimana rasanya bila seseorang tengah dilanda asmara? bahkan ada pepatah yang mengatakan“ Jika cinta sudah melekat, tai kucingpun terasa coklat”. Ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka apapun akan mereka lakukan demi untuk mendapatkan cintanya itu. Seperti halnya dalam cerpen “sepotong senja untuk pacarku” karya sastrawan Seno Gumira Adjidarma.
Cerpen yang menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda untuk memberikan senja kepada kekasihnya ini sebenarnya sama saja dengan cerpen-cerpen percintaan pada umumnya. Hanya saja satu pokok yang membuat cerpen ini menjadi sangat bernilai tinggi yaitu bahasa yang dibuat oleh pengarang. Setiap kata yang disusun menggunakan bahasa yang indah layaknya sebuah puisi. Kalimatnya panjang dan bermajas. Sehingga jika belum memiliki sedikit asupan tentang sastra, pembaca akan merasa kesulitan untuk memaknai isi cerita. Seperti dalam kutipan di awal cerita:
“Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?”
Selain itu, pembaca juga dihadapkan dengan situasi yang membawa ke dalam pola pikir tinggi. Seperti ketika mencari makna kata Senja itu sendiri. Senja dalam cerita yang dimaksud adalah sesuatu yang indah. Jika seseorang tengah jatuh cinta, dia pasti akan berusaha memberikan hal yang terbaik untuk orang yang disayanginya. Begitu pula dengan tokoh utama dalam cerpen ini. Kata senja, sebenarnya itu hanyalah perumpamaan saja untuk membuat ceritanya menjadi lebih indah dan menarik untuk dibaca. Hanya saja pengarang mengemas cerita seperti senja dalam kenyataannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan:
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.”
Berdasarkan berbagai data diatas, saya menyimpulkan bahwa dalam cerpen ini banyak mengandung nilai estetika atau nilai keindahan. Sebuah karya seni disebut indah apabila karya seni tersebut mampu menyajikan dan membangkitkan emosi pembacanya. Dalam cerpen ini, nilai estetika itu dibuktikan dari gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang.

1 komentar:

  1. halo mbak Dhea, ada alamat email yang bisa dihubungi? atau mungkin bisa kontak saya di andichorniawan@gmail.com thanks :)

    BalasHapus