Istilah
cinta memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Dalam kehidupan ini, kita
pasti tidak pernah lepas dari yang namanya cinta. Entah itu cinta kepada orang
tua, cinta kepada sahabat, saudara, teman, dan cinta kepada kekasih. Dalam
sebuah karya sastrapun banyak sekali cerpen-cerpen, novel, film maupun puisi
yang membicarakan tentang cinta, seperti Novel Mira W “Tatkala Mimpi Berakhir”,
Supernova 1 Dee, cerpen terjemahan “Dia yang sempurna”, dan lain sebagainya.
Berbicara
tentang cinta, kita semua pasti pernah merasakannya bukan? Bagaimana rasanya
bila seseorang tengah dilanda asmara? bahkan ada pepatah yang mengatakan“ Jika cinta sudah melekat, tai kucingpun
terasa coklat”. Ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka apapun akan
mereka lakukan demi untuk mendapatkan cintanya itu. Seperti halnya dalam cerpen
“sepotong senja untuk pacarku” karya
sastrawan Seno Gumira Adjidarma.
Cerpen
yang menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda untuk memberikan senja
kepada kekasihnya ini sebenarnya sama saja dengan cerpen-cerpen percintaan pada
umumnya. Hanya saja satu pokok yang membuat cerpen ini menjadi sangat bernilai
tinggi yaitu bahasa yang dibuat oleh pengarang. Setiap kata yang disusun
menggunakan bahasa yang indah layaknya sebuah puisi. Kalimatnya panjang dan
bermajas. Sehingga jika belum memiliki sedikit asupan tentang sastra, pembaca
akan merasa kesulitan untuk memaknai isi cerita. Seperti dalam kutipan di awal
cerita:
“Alina
tercinta,
Bersama
surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari
terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?”
Selain
itu, pembaca juga dihadapkan dengan situasi yang membawa ke dalam pola pikir
tinggi. Seperti ketika mencari makna kata Senja itu sendiri. Senja dalam cerita
yang dimaksud adalah sesuatu yang indah. Jika seseorang tengah jatuh cinta, dia
pasti akan berusaha memberikan hal yang terbaik untuk orang yang disayanginya.
Begitu pula dengan tokoh utama dalam cerpen ini. Kata senja, sebenarnya itu
hanyalah perumpamaan saja untuk membuat ceritanya menjadi lebih indah dan
menarik untuk dibaca. Hanya saja pengarang mengemas cerita seperti senja dalam
kenyataannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan:
“Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan
kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit
kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti
ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.”
Berdasarkan
berbagai data diatas, saya menyimpulkan bahwa dalam cerpen ini banyak
mengandung nilai estetika atau nilai keindahan. Sebuah karya seni disebut indah
apabila karya seni tersebut mampu menyajikan dan membangkitkan emosi
pembacanya. Dalam cerpen ini, nilai estetika itu dibuktikan dari gaya bahasa
yang digunakan oleh pengarang.
halo mbak Dhea, ada alamat email yang bisa dihubungi? atau mungkin bisa kontak saya di andichorniawan@gmail.com thanks :)
BalasHapus