GHC ( Grouph Humor Comunity )
Suara
bel tanda istirahat telah dibunyikan. Dhea, Nana, Angga, Rega , Isna, Juang, dan Reza keluar dari kelas
sambil mengoceh ria membicarakan masalah tugas kelompok bahasa indonesia yang diberikan
bu Tari usai pelajaran tadi.
“ Wah gila tuh bu Tinki winki, masak kita disuruh buat
cerpen 10 halaman dalam waktu besuk. Ntar gue nggak bisa nonton bola donk
gara-gara harus ngerjain tuh tugas. Mana gue nggak bisa buat cerpen lagi. Trus gue musti gimana coba? “ ujar Angga.
“ Hahaha gampang men. Nggak usah dikerjain aja tuh tugas.
Gampang kan? Semua senang.. “ Jawab Rega.
“ Gue juga males banget sebenarnya sama tuh guru. Kalau
ngajar cuma gitu-gitu aja. Yang paling mengerikan lagi suaranya yang
menggemparkan dunia. Cuma berbisik aja udah kedengeran sampai kelas sebelah.. “
Reza ikut nyambung dalam pembicaraan teman-temannya.
“ Hahahaha... setuju!! “ mereka menjawab secara bersamaan.
“ Sstttt. Kalian nih ngomong apa? Kalau kedengaran beliau
kan nggak enak. Lagian yang namanya membicarakan kejelekan orang lain itu dosa
lho.. “ Isna menengahi pembicaraan.
Dhea, Nana, Angga, Rega , Isna, Juang, dan Reza adalah
sahabat dalam tujuh serangkai. Mereka sudah bersahabat sangat lama, bahkan
ketika masih dalam sekolah dasar. Karena dari ketujuh bocah tersebut selalu
membuat kejailan dan bertingkah lucu dibandingkan dengan murid lainnya, maka
mereka menamakan groupnya dengan sebutan GHC yaitu singkatan dari Group Humor
Comunity.
Nana adalah personil paling cantik
dalam group ini. Selain cantik dia juga pintar dalam hal musik dan seni. Dia
juga gadis yang tajir dalam sekolah tersebut. Ayahnya bekerja sebagai kepala
sekolah di SMP Tunas Jaya, sekolah menengah terfavorit di kota mereka.
Personil
kedua adalah isna. Satu-satunya gadis yang memakai jilbab dalam group GHC. Dia
adalah tipe cewek yang paling takut dengan yang namanya dosa. Kemanapun ia
melangkah, jilbabnya tidak pernah lepas dari kepala. Akan tetapi Isna sedikit lemot
dalam pembicaraan. Meskipun begitu, aura kecantikannya tetap terlihat indah
dimata para siswa. Tidak sedikit yang pernah mengajaknya berpacaran, hanya saja
Isna selalu menolak mereka dengan alasan pacaran dilarang dalam agama.
Personil
cewek dalam GHC yang ketiga adalah Dhea. Gadis berambut ikal ini adalah
satu-satunya cewek yang jauh lebih centil dan jail dibandingkan dengan Isna dan
Nana. Dia tidak begitu cantik seperti kedua gadis diatas, akan tetapi wajahnya
menyenangkan jika dipandang. Apalagi saat dia sedang tersenyum, lekuk bibirnya
terlihat sangat manis.
Anggota
yang ke empat adalah Juang. Kalau Nana sebagai cewek yang paling cantik dalam
GHC, maka sebagai pasangannya adalah Juang. Dia adalah cowok yang paling cakep
dalam grup tersebut. Tidak sedikit siswi yang tertarik dengan aura kepangeranannya.
Namun sayangnya Juang terkesan lebih cuek menanggapi celotehan mereka.
Selanjutnya
adalah Rega dan Reza. Dilihat dari namanya saja mereka sudah memiliki
kemiripan. Keduanya adalah saudara kembar. Rega sebagai sang kakak memiliki
kulit yang jauh lebih putih dari pada adiknya. Jika dilihat dari jarak pandang
yang lumayan jauh, mereka terlihat bagaikan kopi dengan susu. Akan tetapi Rega
jauh lebih cerewet dibandingkan dengan Reza.
Dan
personil GHC yang terakhir adalah Angga. Satu-satunya cowok yang memakai kaca
mata dalam group tersebut. Selain humoris, dia juga siswa yang pintar merayu
seorang guru. Kata-katanya selalu membuat orang lain tersenyum lebar karena
lebih diplesetkan kedalam sebuah lelucon. Anehnya, meskipun dia selalu membuat onar di
sekolah, tapi ia jarang sekali mendapat nilai yang buruk. Dia bahkan selalu
masuk kedalam 5 besar kategori siswa terpintar di kelasnya.
Well, Oke. Itulah sekilas tentang nama-nama
dan berbagai sifat dari personil pengisi GHC. Saatnya kembali kecerita yang
tadi.
Mereka
melanjutkan pembicaraan seraya berjalan ke arah kantin. Dhea yang sedang asyik
makan ice cream sambil berjalan
membelakangi temannya yang lain, tiba-tiba saja menabrak seseorang dari arah
belakang.
Brakk!! Dan
seperti biasa Dhea langsung mengumpat dan berteriak memarahi orang yang
membuatnya kesal.
“ Woe!! Loe nggak liat apa kalau gue lagi jalan mundur??!
Kalau jalan tuh ati-ati!! pak.......” Dhea menghentikan teriakannya ketika
membalikkan badan. Dilihatnya sosok lelaki tua berambut setengah botak itu
dengan muka merah karena menahan rasa malu. Seseorang yang menabrak dia barusan
bukanlah siswa. Melainkan pak Yoyok, guru bahasa inggris yang terkenal dengan
kumis tebalnya. Beliau adalah termasuk guru yang sangat killer
di sekolah tersebut.
Semua anak yang melihat kejadian itu langsung tertawa
sekencang-kencangnya.
“ Pak Yoyok kan mau lewat.. hehehe, maksudnya tadi gitu pak.
“ Dhea melanjutkan pembicaraanya sambil cengengesan.
Guru tua itu tidak menjawab dan hanya menatap Dhea dengan
muka merah padam. Kumisnya yang tebal sudah mulai terlihat berkedut-kedut.
Pertanda bahwa sebentar lagi beliau akan memuntahkan lahar panasnya. Dhea yang
menyadari bakal ada guncangan dari pak Yoyok, dengan segera ia berlari begitu saja dari
hadapan guru itu.
“ Dheaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!”
Gadis usil itu terus berlari tanpa memperhatikan suara yang
menggelegar dan mengguncang seluruh isi sekolah. Dalam langkahnya ia terus
berkata “ maaf pak saya tidak mendengar. Maafkan saya pak, maaf... “
Sementara itu, keenam temannya kini tengah tertawa lebar
melihat Dhea yang berlari kebingungan. Dari ketujuh anak tersebut, Dhea memang
lebih sering membuat masalah dengan teman-teman di sekolahnya. Dia adalah anak
yang paling tidak suka kalau disalahkan, meskipun terkadang dia sendiri yang
memulai.
_________________________________________________________________________________________________
Dhea menggeser bangku tempat
duduknya seraya mengatur nafas. Semua temannya tertawa melihat kedatangan dia
di kelas.
“ Huahh!! Gila. Hampir saja ada gempa bumi tadi... “ kata
Dhea seraya bersandar pada kursinya.
“ Hahaha. Sumpah gokil banget loe! Empat jempol gue kasih
karena alasan loe yang nggak masuk akal tadi.. “ jawab Reza sambil mengangkat
jempolnya.
Semua anak dalam kelas tersebut tertawa, kecuali Dhea. Dia
hanya meringis seraya menatap geram ke arah Reza.
“ Makasih ya! “
“ Iya putri jail.. “ Reza kembali memasang muka nyengirnya.
Tidak lama kemudian Angga datang dengan membawa surat edaran
tentang pemilihan calon kepala sekolah tahun ini. Dia langsung nyelonong masuk kelas begitu saja dan berdiri
di depan anak-anak yang lain sambil berteriak-teriak nggak jelas.
“ Sodara! Sodara! Setanah air Indonesia. Ayo kita sukseskan sekolah kita dengan
memilih calon kepala sekolah yang benar-benar sesuai dengan visi dan misi yang
diucapkannya. Mari kita pilih seorang
pemimpin yang bertanggung jawab dan penuh perhatian dengan lingkungannya. Hidup
SMA bougenvile tercinta!! “
Semua
anak tertawa lebar melihat ulah bocah yang satu ini.
“ Woe!!! Loe emang pantes jadi pendukung partai demokrat.
Hahaha.. “ teriak seorang anak dari belakang.
“ Kapan-kapan gue pinjem suara cempreng loe buat ngusir
tikus di sawah kakek gue ya? Hahahaha.. “ Sahut teman yang berada di dekatnya.
Angga
melirik tajam dengan membentuk ekspresi marah ke arah anak yang berteriak tadi.
“ Boleh juga. Ide kalian masuk! “
jawab Angga dengan sedikit manyun.
Suasana kelas menjadi sangat gaduh. Mereka sibuk dengan
urusannya masing-masing. Ada yang melempar kertas ke arah Angga, ada yang
bersorak-sorak ramai nggak jelas, dan bahkan ada yang sampai meneteskan air
mata karena melihat tingkah Angga yang semakin heboh setiap harinya. Hingga
pada akhirnya suasana menjadi hening dalam sesaat ketika terdengar ada suara
seseorang dari luar yang membuka pintu kelas.
Kreekk..
bu Sri masuk ke kelas bersama dengan calon-calon kepala sekolah baru.
“ Anak- anak. Seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah
hari pemilihan kepala sekolah baru di SMA kita. Saya harap kalian memilih
berdasarkan hati nurani masing-masing. Tentukan menurut kalian mana yang pantas
untuk menjadi pengganti pak Syamsul sodiq.. “ bu Sri mengakhiri pembicaraannya
dengan membagikan selembar kertas pilihan calon kepala sekolah kepada
masing-masing siswa.
Kandidat kepala sekolah baru di SMA bougenvile hari ini ada
3 orang. Pertama adalah pak Iwan, mantan wakil kepala sekolah tahun kemarin. Beliau
adalah orang yang sangat berwibawa di depan anak-anak. Selain itu dia juga
lebih dekat dengan siswi dibandingkan dengan siswa. Kandidat yang selanjutnya
adalah pak Hadi, dia adalah guru olahraga di SMA tersebut. Selain masih muda
dan belum menikah, ia dulu juga alumni dari SMA tersebut. Dan kandidat yang
terakhir adalah pak Novan. Mantan guru bahasa indonesia yang terkenal dengan
kebaikannya. Beliau sangat ramah terhadap siapapun, jadi tidak heran kalau
semua murid lebih dekat dengan beliau daripada dengan guru yang lain.
Semua anak di kelas diam. Satu persatu dari calon kepala
sekolah mulai maju dan menyampaikan visi misi mereka. Anak-anak terlihat saling
berbisik dengan teman sebangku mereka ketika akan memilih. Mereka mulai
mencatat nama calon dan memasukkannya pada tempat yang telah disediakan oleh
panitia.
Tidak lama kemudian setelah semua murid selesai memilih. Bu
sri dan para calon kepala sekolah baru meninggalkan kelas tersebut dan menuju
ke kelas yang lain. Semua penghuni kelas tersebut kini kembali dengan aktivitas
ramainya.
__________________________________________________________________________________________________
Setelah melewati beberapa perundingan dengan semua pihak
sekolah, maka kepala sekolah yang terpilih untuk tahun ini adalah pak Novan.
Hampir seluruh pihak sekolah memilih beliau, karena beliau memang pintar dalam
bersosialisasi dengan anak-anak. Semua guru memberikan ucapan selamat
kepadanya. Namun disatu sisi ada salah satu dari kandidat yang tidak menyukai
keputusan tersebut. Dia menatap sinis ketika melihat semua guru mengucapkan
selamat kepada pak Novan.
Beberapa hari setelah pemilihan kepala sekolah baru, keadaan
sekolah tersebut mulai banyak mengalami perubahan. Banyak bangunan lama yang
direnovasi dan mulai di bangun gedung-gedung baru. Sekolah itu terlihat lebih
maju dari pada yang sebelumnya. Banyak sekali kegiatan tambahan untuk
ekstrakurikuler, seperti drum band, dialog bahasa inggris dan lain sebagainya.
Semua anak sangat bangga dengan perubahan yang terjadi di sekolah mereka.
“ Tuh kan gue bilang juga apa? Nggak
sia-sia kan gue pilih tuh kepala sekolah. Sekolah kita jadi maju. “ ujar Angga
ketika berjalan menuruni tangga kelas bersama teman tujuh serangkainya.
“
Halah. Bukannya pilihan loe kemarin awalnya pak Iwan? Kalau bukan karena
saran dari gue udah kalah taruhan loe.. “ jawab Rega.
“ Apa???? Jadi kalian taruhan?
Astaghfirullah. Ingat teman. Itu dosa. “ Isna mulai berdakwah.
“ Hahaha. Dengerin tuh kata bu
ustadz.. “ Nana ikut nyambung.
“ Kaya gue gitu. Ngerti agama. Kalau
kaya gitu tuh dosa.. “ Dhea memasang tampang polos di depan teman-temannya.
“ Huuuuuuu!!!!!!! “ semua temannya
menyoraki dia secara bersamaan.
“
Tapi nggak jadi kok. Beneran dech. Sumprit.. “ Angga memandang Isna
dengan tersenyum nyengir.
“ Eh
ada apaan tuh? Kok rame-rame? “ Reza
menunjuk pada gerombolan siswa yang memenuhi papan pengumuman.
“
Kesana Yuk. “ Rega melangkah duluan dari teman-temannya.
Sesampainya
di papan pengumuman, mereka tidak bisa melihat apa isi dari kertas yang
ditempel dalam papan tersebut. Semua anak terlihat sangat bergerombol melihatnya.
Angga yang melihat kejadian tersebut dengan tingkah usilnya segera beraksi. Di
ambilnya seekor cicak yang menempel di dinding dekat papan pengumuman. Kemudian
dengan nada cempreng ala khasnya dia langsung berteriak histeris seraya
melempar cicak yang diambilnya tadi ke arah gerombolan yang memenuhi papan
pengumuman itu.
“
Cicak!!!!!!!!!.. “
Semua
anak serempak langsung berteriak
ketakutan karena melihat cicak di dekat mereka. Tanpa menunggu lama lagi,
mereka langsung berlari begitu saja dari tempat itu.
Angga tertawa keras melihat anak-anak yang berlari karena
ketakutan itu. Di ambilnya kembali cicak yang dilempar tadi. Dan dia kembali
bertingkah konyol.
“
Nggak sia-sia gue punya teman kaya loe cak. Loe lebih jauh bermanfaat
dibandingkan mereka.. “ Angga berbicara pada cicak dengan sedikit melirik ke
arah teman-temannya.
Para
anak-anak GHC hanya tersenyum melihat tingkah teman satunya itu. kemudian
mereka langsung melihat papan pengumuman. Dalam papan pengumuman tersebut
dikatakan bahwa sebentar lagi sekolah akan membuat mading untuk masing-masing
kelas.
Sementara yang lain tengah sibuk melihat papan pengumuman,
berbeda lagi dengan Isna. Bukan papan pengumuman yang di dekatinya. Tapi justru
malah Angga.
“ Kamu
udah lama ya bray temenan sama cicak? Kenapa nggak pernah ngomong? “ Isna bertanya
pada Angga dengan polosnya.
Angga menatap perempuan itu dengan tatapan setengah sebal.
Lantas diapun menjawab dengan nada sedikit menjatuhkan. “ Ngomong noh sama
ember!!! “
“
Emang bisa ya Ngga? “ Isna masih terus bertingkah lemot seperti biasanya.
“
Tanya sama mbah google..!! “ Angga menjawab dengan nada gregetan. Dan selepas
itu ia berlalu begitu saja dari hadapan Isna.
Isna masih terlihat tampak kebingungan dengan perkataan
Angga. Dia terus bertanya-tanya sendiri.
“ Oh.
Ternyata google itu pemiliknya udah tua ya? Tadi kata Angga udah kaya
mbah-mbah. Baru tahu saya.. “ Isna mengangguk-anggukkan kepalanya.
“
Woee!!! Loe mau pulang nggak? “ terdengar suara Reza dari seberang jalan. Semua
teman Isna kini sudah berada jauh dari tempatnya berdiri. Isna segera menoleh
ke arah mereka dan berteriak.
“ Eh.
Eh, tungguin donk!!! “ Isna langsung berlari menyusul mereka.
_____________________________________________________________________________________________________
Pak Ahmadi memandangi bangunan yang rusak
itu dengan seksama. Semua gedung yang baru dibangun itu kini telah mengalami
kerusakan total. Lebih tepatnya baru terjadi sabotase dalam sekolah itu. Semua penghuni
sekolah gempar dengan kejadian tersebut. Hal seperti ini belum pernah terjadi
sebelumnya. Para anak GHC yang melihat kejadian tersebut langsung mendekati pak
Ahmadi dan menanyakan penyebabnya.
“ Wah... benar-benar gila tuh orang.
Kita harus segera lapor polisi pak. “ Angga mendekati pak Ahmadi terlebih dulu.
Sedangkan yang lainnya mengikuti dari belakang.
“ Saya juga heran dengan kejadian
ini. mengapa tiba-tiba semua bangunan menjadi porak poranda seperti sekarang..
“ pak Ahmadi menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari bangunan tersebut.
“ Mungkin kena gempa bumi kali pak..
“ ujar Isna.
Semua
mata menatap ke arah Isna dengan tatapan geram. Dalam keadaan separah inipun
dia masih sempat-sempatnya mempertahankan sifat lemotnya.
“ Apa tidak ada saksi dalam kejadian
pak? “ Tanya Juang.
“ Semua warga sekitar sini sudah
kami tanyakan. Tapi tidak ada satupun yang melihat. Mungkin ini terjadi ketika
tengah malam.. “
“ Apa tidak ada seseorang yang bapak
curigai dalam hal ini? “ Reza ganti bertanya.
“ Nah. Iya pak. Betul.. “ saudara
kembarnya ikut nyambung.
“ Kami semua belum bisa memastikan.
Pihak sekolah tidak mempunyai bukti apa-apa. Oh ya, kenapa kalian tidak masuk
kelas? Teman kalian yang lain sudah masuk dari tadi. “
“ Jam pertama kami nggak ada gurunya
pak. Bu tari sedang keluar kota.. “ Angga menjawab dengan santai.
“ Oh.. “ pak Ahmadi menganggukkan
kepalanya.
“ Terus apa langkah sekolah
selanjutnya pak? Ini semua bukan hal yang mudah untuk ditemukan pelakunya. “
“ Untuk sementara ini mungkin pihak
sekolah hanya akan menunggu kepastian dari kantor polisi. Apalagi yang bisa
kita lakukan selain itu? “ jawab pak Ahmadi seraya mengangkat bahunya.
Sepertinya dia sudah pasrah dengan kejadian itu. Tidak lama kemudian beliau pun
berlalu dari hadapan mereka.
“ Kejadian ini benar-benar aneh. “
Ujar Rega usai kepergian pak Ahmadi.
“ Ya. Saya juga merasakan seperti
itu. . “ jawab Nana.
Mereka
terus memandangi bangunan yang musnah itu sambil berbincang-bincang. Juang
mendekatkan dirinya dan melihat tempat itu dengan seksama. Dan beberapa saat
kemudian temannya mengikuti dari belakang. Mereka masih tetap fokus dengan
tatapannya masing-masing.
“ Kenapa kalian tetap ada disini?
Guru sudah masuk kelas dari tadi.. “Dira sang ketua kelas datang menemui
mereka.
Reza
dan yang lain segera menoleh ke arah Angga secara bersamaan.
“ Bukannya tadi kamu bilang hari ini
bu Tari ke luar kota? “ Reza bertanya dengan nada dan tatapan yang sedikit
curiga ke arah Angga.
“ Hehehe.. maaf, tadi aku berbohong.
Habis aku males harus bertemu guru kriting itu. aku belum ngerjain tugas dari
dia. “ Angga menjawab seraya menggaruk-garuk kepalanya pelan.
“ Apa??????????????? “
_____________________________________________________________________________________________________
Usai menjalakan hukuman dari bu Tari karena telat masuk
kelas tadi, Reza dan teman-temannya yang lain langsung istirahat di taman
sekolah untuk melepas penat mereka. Hari ini mereka telah mendapat hukuman untuk
keliling lapangan selama 15 x putaran. Hukuman seperti ini tidak asing lagi
untuk mereka. Karena para personil GHC memang kerap sekali membuat masalah.
“ Semua ini gara-gara loe tahu nggak!! “ Rega membentak
Angga.
“ Maaf men. Gue nggak tahu kalau kita bakal kena hukuman
kaya gini lagi. “ Angga mencoba untuk merayu Rega.
“ Maaf-maaf!! Becandaan loe kali ini benar-benar nggak lucu
ngerti nggak!! “ Rega masih merasa kesal dengan Angga.
“ Iya-iya gue ngerti kok. Makanya gue minta maaf.. “ Angga
menunduk.
“ Sudahlah tidak ada gunanya kalian berdebat. Semuanya udah
kita lakuin. “ kata Juang menengahi
pertengkaran mereka.
“ Nah, setuju!! “ Angga kembali bangkit dengan wajah ceria.
Sedangkan
semua temannya kini tengah menatap tajam ke arahnya. Angga segera menundukkan
wajahnya kembali.
“ guys, pernah nggak kalian berfikir
untuk menyelidiki kasus sebotase di sekolah kita ini? “ tiba-tiba Nana bertanya
dengan nada serius.
“ Hahaha. Loe mau jadi detektif
sekolah gitu? “ Dhea tertawa lebar.
“ Bisa aja kan? “ Nana mencoba
membela dirinya.
“ Hahaha. Males gue sama hal
gituan.. “ Dhea membuang muka.
“ Tapi tunggu.... “ Juang memotong
pembicaraan.
Mereka
kini saling berpandangan satu sama lain. Suasana berubah menjadi hening untuk
sesaat. Sepertinya mereka sedang memikirkan ajakan Nana barusan. Dan tidak lama
kemudian suasana kembali gempar dengan suara celotehan mereka.
“ SETUJU!!!!!!!! “ mereka menjawab
secara bersamaan.
“ Eh tapi kapan kita mulai
nyelidikinnya? “
“ Habis pulang sekolah nanti kita
kembali lagi ke sini. Tapi jangan sampai ada yang tahu. “ Nana begitu antusias
dalam hal ini.
“ Oke! Nanti kita bagi tugas. “
“ Kita kumpul di tempat ini aja
nanti. Biar lebih mudah.. “
“ Oke. Siph. “ mereka mengangguk
mantap.
“ Eh. Tapi ntar bawa alat apa? “
Isna kembali memasang muka polosnya.
“ Sapu!!! Loe kira mau kerja bakti
apa pakek bawa alat segala!! Nih orang lemotnya nggak ilang-ilang ya!! “ Angga
meringis geram.
“ Hehehe. Gue kan cuma mastiin aja
Angga.. “
“ Auw ah.. lama-lama gue cuci juga otaknya ni anak biar hilang lemotnya. “
Anak-anak
yang lain hanya tertawa kecil melihat terdebatan keduanya. Angga dan Isna
memang seperti itu. Dimana pun tempatnya, mereka jarang sekali saling berbuat
baik. Angga kebih suka membentak terlebih dahulu karena sifat Isna yang lemod
dalam berfikir.
Tidak
lama kemudian bel tanda masuk berbunyi. Merekapun kembali melajutkan aktifitas
belajarnya di kelas.
____________________________________________________________________________________________________
Sepulang dari sekolah kelompok
detektif itu langsung bergegas menuju ke rumah Juang untuk membuat rencana
penyelidikan. Langkah pertama yang harus mereka lakukan adalah menghitung dan
melihat bangunan apa saja yang telah dirusak oleh kawanan penyelundup tersebut.
Kemudian selanjutnya mencari berbagai barang bukti yang bisa mendukung penyelidikan
mereka. Dengan membawa senter sebagai alatnya, malam itu usai melakukan ibadah
isya’ GHCpun kembali lagi ke sekolah untuk menjalakan misinya yang pertama.
“ Kita bagi tugas untuk malam ini.
Nana sama Reza, kalian lihat bangunan yang lantai atas. Dhea loe ntar sama gue.
Kita cek yang bagian dekat tempat parkiran. Dan Isna, Rega sama Angga kalian
cek yang dibagian bawah.. “ Juang mengatur tugas.
“ Tunggu. Masak gue harus satu
kelompok sama anak lemot ini sih men,? “ protes Angga.
“ Nggak papa. Kan masih ada Rega.
oke ini senter masing-masing kelompok. Kita mulai penyelidikan dari sekarang..
“
Merekapun
mulai menuju ke tempat penyelidikannya masing-masing. Meskipun dengan bibir
manyun, Angga akhirnya mengikuti Rega menuju ke gedung bawah juga. Selama dalam
perjalanannya ia terus menggerutu dan tidak mau dekat-dekat dengan Isna.
“ Kamu yakin nggak sih usaha kita
bakal berhasil.? “ Dhea berjalan dengan terus mendekap lengan Juang.
“ Kalau kita berusaha aku yakin
kok.. “ Juang menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari sasaran.
“ Yah semoga saja.. “
Keduanya
melanjutkan langkah seraya terus mengawasi keadaan sekitar. Suasana malam itu
begitu sunyi nan sepi. Tidak ada sosok seorangpun yang melintasi tempat itu.
Hanya ada suara jangkrik dan hembusan angin yang kian terasa mengusik. Selama
beberapa waktu angin terus berhembus dengan kencang dan semakin membuat suasana
di tempat itu menjadi lebih dingin.
“ Eh tunggu kenapa mading baru juga
mengalami kerusakan? “ Dhea berjalan mendekati arah mading. Dan Juang
mengikutinya.
“ Iya juga ya.. ini benar-benar
aneh. “
“ Kalau dilihat dari situasinya,
kemungkinan besar ini semua ulah orang dalam.. “
“ Iya bray. Aku juga berfikiran
seperti itu. “ Merekapun kembali melanjutkan langkahnya.
Sementara Juang dan Dhea tengah
serius dengan penyelidikan mereka, kelompok yang kebagian di gedung bawah
justru sebaliknya. Kebanyakan mereka melakukan penyelidikan tersebut dengan
banyak perdebatan dan diselingi berbagai tingkah konyol Angga serta kelemotan
Isna dalam berfikir.
“ Wah ini benar-benar penemuan yang
luar biasa. “ kata Angga seraya membersihkan barang temuannya.
Rega
yang satu kelompok dengannya langsung menoleh dengan cepat. Dia merasa
penasaran dengan apa yang ditemukan Angga. Lantas iapun segera berlari ke arah
temannya itu.
“ Apa yang kamu temukan? Apakah kamu
menemukan barang milik teroris yang tertinggal disini? “
“ Bukan men, tapi ini adalah batu
geok peninggalan zaman dulu. Batu ini sudah terlihat sangat tua. Bisa untuk
menambah koleksi barang antikku di rumah. Menurut buku yang pernah saya baca,
ini juga bisa digunakan sebagai jimat. “ Angga menjawab dengan tampang tak
berdosa.
“ Angga.. itu musyrik namanya,
percaya sama hal begituan.. “ Isna kembali dengan sifat muslimnya.
“ Diam loe bocah lemot. Loe tau
apaan tentang beginian!! “ Angga melirik sinis kearah Isna.
“ Angga please deh. Kita ini lagi serius. Hentikan ulah konyolmu untuk saat
ini saja! “ tanpa menunggu jawaban dari Angga, Regapun langsung meninggalkan
tempat tersebut dan melanjutkan penyelidikan ke tempat yang lain.
Isna
hanya diam melihat perdebatan mereka, dan kemudian berjalan mengikuti Rega dari
belakang.
“ Selalu saja gue yang bertindak
sebagai penyebab masalah diantara mereka.. “ dengan langkah gontai, Anggapun
mengikuti temannya yang lain.
Sudah sekitar dua jam lebih mereka ditempat penyelidikan
masing-masing. Juang sebagai ketua dalam penyelidikan ini segera memberi kode
kepada teman-temannya untuk kembali berkumpul di tempat yang sudah di tentukan.
“ Gimana? Apa yang bisa kalian dapatkan malam ini? “ Juang
bertanya kepada masing-masing kelompok.
“ Bagian atas yang
rusak adalah bangunan baru semua. Selain itu mading kelas juga ikut rusak.. tapi kita tidak menemukan barang apapun yang
bisa menjadi bukti..“ Nana menjawab dengan sedikit menguap karena menahan rasa
ngantuk.
“ Kalian gimana? “ Juang beralih pandangan ke arah kelompok
Angga.
“ Nihil..!! satu kelompok sama mereka hanya membuat masalah.
“ Rega menjawab dengan nada ketus.
“ Masak kalian tidak menemukan sedikitpun? “ Dhea ikut
bicara.
“ Tunggu. Tadi aku sempat masuk kelas sebentar. Dan
situasinya sama dengan tempat penyelidikannya Nana.. “ tiba-tiba saja Isna ikut
nyambung.
“ Oke siph. Berarti semua hasil penyelidikan kita malam ini
sama.. “
“ Lho kok bisa gitu ya? “ Reza mulai berfikir.
“ Aku sama Dhea menduga kalau semua ini adalah ulah orang
dalam.. “ Juang memandang teman-temannya secara bergantian.
“ Tapi siapa? “
“ Entahlah kita juga tidak tahu.. kita bahkan tidak
menemukan bukti barang apapun malam ini. “
“ Terus langkah kita selanjutnya apa? “
“ Kita pikir nanti. Sekarang kita kembali saja ke rumah. Ini
udah terlalu larut malam.. “
Juang melihat jam tangan yang melekat pada pergelangan
tangan kanannya. Waktu telah menunjukkan pukul 21.30. kelompok itupun memutuskan
untuk melajutkan penyelidikannya besok sambil berfikir di rumah masing-masing,
apa yang menyebabkan orang tersebut
melakukan semua ini.
_____________________________________________________________________________________________________
Keesokan
harinya mereka semua datang ke sekolah seperti biasa. Pagi itu Angga berlari
menuju ke arah teman-temannya dengan keadaan kantung mata yang terlihat begitu
tebal. Semua anak yang berpapasan dengannya hanya tertawa setiap kali melihat
kantung mata dia yang tampak berbeda dari biasanya.
“ Hahahaha sumpah men. Loe keren
banget.. “ Rega langsung menyambut kedatangan angga dengan senyuman manisnya.
“ Nih semua gara-gara ide konyol
kalian semua. Pulang malem-malem. Kalian sih enak bisa langsung tidur. Nah
gua???? Adik gue pakek rewel segala. Satu rumah nggak ada yang bisa tidur
gara-gara harus ngurusin dia. “ Angga melirik sinis ke arah Nana.
“ Aku kan cuma ngajak. Kalau loe
nggak mau kenapa ikut? “ Nana menjulurkan lidahnya ke arah Angga.
“ Au ah gelap. Pokoknya gue nggak
mau lagi ikutan yang kaya ginian kalau pulangnya malem-malem.. “
“ Hahaha. Sabar men.. “ Juang
menepuk pundak Angga.
“ Oh ya gimana dengan rencana kita
selanjutnya. Kalian udah menemukan pemikiran lain belum tentang penyebab
sabotase ini? “
“ Ya ampun Dhea. Kita tuh semalem
langsung tidur. Nggak sempat mikirin hal itu lagi.. “ Isna menjawab dengan
kalem.
Mereka melanjutkan langkahnya menuju kelas. Suasana kelas
masih terlihat sama. Semua anak sibuk dengan urusannya masing-masing. Hari ini
guru tidak ada yang masuk kelas karena ada rapat komite. Juang dan
teman-temannya segera memanfaatkan kesempatan emas ini. Tanpa menunggu lama
lagi mereka langsung duduk mengambil bangku dan membentuk lingkaran. Mereka kembali
melanjutkan membahas masalah penyelidikan tadi malam.
“ Aku masih bingung dengan penyelidikan ini. jejak teroris
sangat sulit untuk di temukan.. “
“ Iya na. Aku juga berfikir kaya gitu. Sekiranya kita semua
bakal mampu nggak ya membuka masalah ini sampai tuntas? “
“ Kita harus optimis teman. Semangat! “ Angga memasang
tampang semangat, meskipun kelopak matanya masih terlihat tebal.
“ Eh tunggu dulu. Kejadian ini belum pernah terjadi
sebelumnya kan? “ tanya Juang.
“ Iya. Kenapa? “ jawab Dhea.
“ Kalian ingat nggak kapan awal mulanya terjadi kerusakan
itu? “
“ Tiga hari yang lalu. Kenapa? “
“ Bukan itu maksudnya. Tapi........ oh iya aku ingat
sekarang. Kejadian itu berawal setelah pak Novan jadi kepala sekolah. “ Juang
menemukan atas jawaban yang di carinya.
“ Terus kenapa? “ Reza bertanya dengan dahi berkerut.
“ Kalau gitu aku paham.. “ Tiba-tiba saja Isna ikut ambil
bicara.
“ Nggak usah njawab kamu! Paling juga nggak ada yang sesuai
sama ini semua. cewek lemot kaya kamu mana bisa nangkap omongan Juang. Aku aja
yang lebih pintar nggak paham.. “ Angga kembali melirik sebal ke arah Isna.
“ Kenapa sih kamu tuh mesti nganggep aku nggak bisa apa-apa?
“
“ Ya karena kenyataannya emang kaya gitu.. “
“ Udah-udah nggak usah ribut. Isna tadi mau ngomong apa? “
Juang melerai perdebatan mereka.
“ Tadi mau ngomong apa ya? Tuh kan jadi lupa. Gara-gara kamu
sih.. “ Isna melirik Angga dengan tatapan jengkel.
“ Alah. Bilang aja kalau emang nggak tau. Gitu aja pakek
alasan. “ Angga terus meledek Isna.. “
“ Oh iya aku inget sekarang.. “ Isna memasang muka ceria.
“ Apa? “
“ Kan tadi Juang bilang kalau kejadian ini berawal dari
pergantian kepala sekolah sekarang kan? Bisa saja ada orang dalam yang tidak
suka sama beliau terus merusak semua gedung yang telah dia bangun. “
Semua
anggota GHC kini tercengang menatap Isna. Mereka tidak menyangka kalau Isna
bakal mampu berfikir sampai sejauh itu. Selama ini dia terkenal dengan
kelemotannya dalam berfikir. Tapi saat ini, dia justru yang membawa mereka
dalam kemenangan.
“ Thats good idea! Ini
benar-benar pemikiran yang yang luar biasa. Dari mana loe les kata-kata itu?
kapan-kapan gue ikut berguru ya? “ Angga
kembali heboh dengan tingkahnya.
“ Yeeeee!! Loe tadi ngremehin gue.
Sekarang ngomong gitu.. “
“ Ini memang benar. Semua gedung
yang rusak itu adalah hasil dari kepala sekolah kita yang baru. Buktinya
kelas-kelas yang bangunan dulu nggak ada yang rusak..” Juang melirik satu
persatu bangunan yang telah rusak itu dari jendela kelas.
“ Terus yang nggak suka sama pak
Novan siapa? “ Nana mamandang langit-langit kelas seraya berfikir.
“ Entahlah. Aku sendiri juga tidak
tahu. “ Dhea mengikuti aktifitas Nana.
Mereka semua saling diam, berusaha menemukan jawaban dari
setiap pertanyaan yang muncul dalam benak mereka. Tidak lama kemudan Isna
kembali membuka pembicaraan.
“ Ada yang menang ada yang kalah.. “
“ Isna???? “Semua anak saling
berpandangan.
Kali ini Isna memang benar-benar membawa keberuntungan untuk
mereka. Dari kata-kata yang keluar barusan mereka langsung bisa menyimpulkan
penyebab terbesar dari semua ini.
“ Betul sekali!!.. sekarang kalian udah paham kan apa
kemungkinan penyebabnya? “ Juang berusaha meyakinkan teman-temannya.
Mereka semua mengangguk mantap.
“ Tidak sia-sia gue punya temen selemot loe. Ternyata ada
gunanya juga.. “ Angga menepuk pundak Isna.
Isna hanya melirik sinis ke arah Angga.
“ Jadi langkah kita selanjutnya apa? “ Reza kembali menatap
Juang.
“ Sepulang sekolah kita temui pak Ahmadi. Kita tanya sama
beliau. Siapa tahu ada yang beliau ketahui. Gimana? “
“ Oke. Siap!!! “ semua menjawab secara bersamaan.
Karena telah menemukan langkah selanjutnya, merekapun
kembali melanjutkan aktifitasnya masing-masing. Angga langsung berlari ke depan
kelas dan melakukan hal-hal konyol seperti biasanya. Dhea, Nana, dan Isna pergi
menuju kantin. Sedangkan yang lain berlatih musik di ruangannya.
_____________________________________________________________________________________________________
Langkah selanjutnyapun dimulai. Setelah melakukan shalat
magrib, mereka semua berkumpul di rumah Juang untuk mendatangi rumah pak
Ahmadi. Sebelum berangkat mereka membuat lingkaran terlebih dahulu dan membaca
do’a secara bersama-sama. Setelah semuanya siap, merekapun segera berangkat.
“ Ayo cepet ketuk pintunya Angga.. “ Rega mendorong tubuh
Angga hingga sampai di depan pintu rumah pak Ahmadi.
“ Iya. Bentar.. nggak sabaran amat sih. “ Angga mengusap
alisnya dengan kedua ibu jari tangannya yang telah sedikit di beri air ludah.
“ Gila! Nih anak jorok banget sih.. “ Rega segera menjauh
dari tubuh Angga. Sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala.
Tok... tok.. tok... Angga mengetuk pintu pak Ahmadi dengan
pelan.
“ Spada..? Permisi... “
Namun tidak ada jawaban dari dalam. Angga mengulangi kembali
ketukannya dengan volume yang lebih keras daripada ketukan yang sebelumnya. Tak
lama kemudian pemilik rumah pun membuka pintu.
“ Oh kalian. Ayo masuk..
“ pak Ahmadi membuka pintu rumah dan menyuruh mereka masuk.
Merekapun ikut masuk dan memulai pembicaraan di ruang tamu.
“ Kenapa kalian datang malam-malam gini? “ pak Ahmadi
bertanya dengan memandang mereka satu persatu.
“ Jadi gini pak. Sebenernya dari kemarin kami berusaha untuk
mengungkap kasus sabotase di sekolah kita. Jadi maksud kedatangan kami kesini
untuk menanyakan suatu hal sama bapak.. “ Juang mewakili teman-temannya.
“ Menanyakan apa? “
“ Apakah hasil pemilihan kepala sekolah kemarin berjalan
dengan baik pak? Adakah pihak dari kandidat lain yang tidak menyukai pak Novan
menjadi kepala sekolah baru di sekolah kita? “
“ Wah, kalau itu saya juga kurang tahu.. “
Semua personil GHC saling berpandangan dengan wajah kecewa.
“ Kalian yakin bisa melakukan semua ini? ini bukan hal yang
mudah lho.. “ pak Ahmadi melanjutkan perkataannya.
“ Kami tahu pak. Itulah sebabnya kami selalu berusaha..
kemarin kami datang ke sekolah untuk melakukan penyelidikan pertama. Tapi kami
tidak menemukan bukti apapun. Akhirnya kami datang kemari.. “ Nana berusaha
meyakinkan pak Ahmadi.
“ Baiklah. Kalau kalian benar-benar berusaha untuk hal ini.
Saya akan bantu kalian. jika nanti saya mendapat info tentang pertanyaan kalian
tadi. Saya akan hubungi kalian.. “
“ Beneran pak? Terima kasih pak.. kami sangat senang kalau
anda mau membantu kami melakukan semua ini.. “
“ Iya sama-sama.. oh iya. Kalian mau minum apa? “
“ Ah bapak tahu aja kalau kita udah haus dari tadi.. “ Angga
tersenyum nyengir.
“ Sebentar biar istri saya yang membuatkannya.. “
Tak lama kemudian keluar seorang gadis cantik dengan membawa
minuman di tangannya. Istri pak Ahmadi masih sangat muda. Bahkan jarak keduanya
sekitar 10 tahun. Mereka belum di karuniai seorang anak selama dalam
pernikahannya. Sudah berbagai cara mereka tempuh, akan tetapi Tuhan memang
belum menghendaki untuk mereka.
“ Busyeeett!!! Istrinya cantik banget. Kalau kaya gini gue
juga betah setiap hari harus datang ke sini untuk membahas mengenai
penyelidikan itu.. “ Angga menatap istri pak Ahmadi tanpa berkedip. Rega yang
menyadari tingkah konyol temannya itu segera melakukan sesuatu. Di injaknya
kaki Angga sehingga bocah usil itu langsung berteriak sekencang-kencangnya.
“ Adohhhh!!!!!!! Siapa yang nginjak kaki gue? “
“ Kenapa Angga? “ pak
Ahmadi segera menoleh ke arah Angga yang meringis kesakitan.
“ Biasa pak.. Angga kalau lihat cewek cantik dikit aja
matanya langsung ijo!! “ Rega melirik ke arah Angga dengan menjulurkan lidahnya.
Sedangkan Angga melototkan matanya kepada Rega.
Semua penghuni rumah tersebut hanya tertawa melihat wajah
Angga yang mulai terlihat merah karena menahan perasaan malu.
____________________________________________________________________________________________________
Denting suara sendok terdengar mewarnai suasana makan siang
para personil GHC. Setelah susah payah sampai Angga tertidur pulas karena
mendengar ceramahnya pak Yoyok, akhirnya mereka melepas semua bebannya dengan
makan di kantin.
“ Kalau kaya gini terus aku tidak yakin kita bakalan mampu
menuntaskan penyelidikan ini.. “ ujar Nana.
“ Kita harus yakin men.. yang ngajak
semua ini kan pertama kali loe. “ Angga berbicara dengan mengunyah nasinya
secara cepet sampai belepotan memenuhi mulutnya.
“
Kalau makan ya makan. Jangan pakek ngomong. “ Isna menasehati Angga.
“ Tuh dengerin apa kata bik Isna.. “
Dhea menepuk pundak Angga.
Tidak lama kemudian tiba-tiba Dira
datang. “ Eh kalian dicari pak Ahmadi tuh.. “
Mereka
menghentikan aktivitasnya sejenak. Lantas menatap Dira dengan tajam.
“ Kenapa kalian malah melihat saya
seperti itu? “
Angga
segera menoleh ke arah bangku Juang. “ Ini mungkin kabar yang bagus men.. “
Tanpa
menunggu lama lagi mereka pun segera meluncur ke meja pak Ahmadi. Diketuknya pintu
kantor itu dengan pelan, dan setelah
dibuka, mereka pun masuk ke dalam.
“ Permisi pak. Apakah anda memanggil
kami? “ Juang menundukkan kepalanya ketika tiba di meja pak Ahmadi.
“ Silahkan duduk dulu.. “
Mereka
diajak menuju ke ruang BP, tempat dimana para siswa diintrogasi oleh guru BP
ketika melakukan kesalahan.
“ Pertanyaan kalian kemarin, saya
sedikit menemukan jawabannya.. “
“ Jadi benar-benar ada yang tidak
terima dengan hasil pemilihan kemarin ya pak?” Angga mendahului pertanyaan
teman-temannya.
“ Saya juga kurang tahu. Tapi ada
salah satu guru yang bilang itu ke saya tadi pagi.. “
“ Siapa itu pak? “
“ Tapi saya mohon setelah kalian
tahu siapa dia. jangan gegabah melakukan sesuatu. Jangan langsung menyimpulkan
kalau dia adalah pelakunya. Lakukan penyelidikan terlebih dahulu. “
“ Iya pak. Kami akan melakukan
penyelidikan terlebih dahulu.. “
“ Baiklah. Pak Iwan adalah
orangnya.. “
“ Pak Iwan?????? “ semua anak
tercengang.
“ Iya. Dia adalah satu-satunya orang
yang tidak suka pak Novan menjadi kepala sekolah disini.. “
“ Tapi apa yang menjadi motif beliau
tidak menyukai pak Novan? “ Juang mengerutkan dahinya.
“ Dari dulu beliau sangat antusias
untuk merebut posisi sebagai kepala sekolah. Sebelum menjabat sebagai wakil
kepsek, beliau sudah berkelut di bidang nya pak Agus. Segala tugas pak Agus
sebagai kepsek dia yang menjalankannya. “ pak Ahmadi mengakhiri kalimatnya
dengan meminum kopi.
“ Baiklah. Terimakasih atas info
yang bapak berikan. Kami akan melakukan penyelidikan kembali. Kalau begitu kami
permisi dulu pak.. “
Juang dan teman-temannya keluar dari ruangan pak Ahmadi
disertai dengan perasaan semangat karena telah menemukan info baru tentang
penyelidikan mereka.
“ Wah gila. Gue nggak nyangka kalau pak Iwan ternyata
tersangkanya.. “
“ Hem.. aku juga berfikiran seperti itu. Dia selalu terlihat
berwibawa di depan kita. Tapi ternyata... “
“ Ingat kata pak Ahmadi tadi. Jangan terlalu gampang ngambil
kesimpulan kalau beliau adalah pelakunya. Tapi kita lakukan penyelidikan
selanjutnya.. “
“ Nanti setelah jam pelajaran usai. Kita kumpul di ruangan
musik, dan membahas masalah ini.. “
Semua temannya mengangguk usai Juang mengakhiri kalimatnya.
Tidak lama kemudian bel tanda masuk dibunyikan. Semua siswa berhamburan masuk
kelasnya masing-masing. Mata pelajaran selanjutnya adalah bahasa indonesia.
Mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh Angga.
____________________________________________________________________________________________________
Berdasarkan rundingan tadi siang, setelah mengetahui siapa
orang yang mereka cari selama ini, maka langkah selanjutnya yang akan mereka
lakukan adalah mengintai sasaran dan melihat segala gerak geriknya. Dengan
langkah ala detektif, siang itu mereka mulai mendatangi rumah pak Iwan dan
memperhatikan suasananya dari kejauhan. Alat yang mereka bawa adalah teropong.
Kecuali Angga, diantara semua temannya dia sendiri yang membawa karung.
“ Loe mau panen duren pakek bawa karung segala? “ Tanya Reza
dengan nada menghina
“ Jangan salah men. Meskipun barang ini kelihatannya tidak
berharga, tapi ini sangat membantu kita.. “
“ Membantu apanya?? “
“ Kalau jadi detektif tuh pakek trik yang bagus donk.
Maksudnya gue bawa karung tadi kalau tuh orang dah keluar kan kita enak
nangkepnya. Tinggal masukin nih karung aja ke kepalanya. Gampangkan?? “
Semua temannya hanya menghela nafas atas segala tingkah
Angga. Mereka sudah sangat hafal seperti apa sifat dia.
Semenit, dua menit, sepuluh menit dan bahkan sampai setengah
jam mereka menunggu. Tapi pak Iwan tidak juga keluar dari rumahnya. Mereka
terus menunggu di balik pohon depan rumah pak Iwan. Masih tetap berharap hari
ini akan menemukan sebuah kunci yang bisa mereka jadikan bukti atas
penyelidikannya selama ini. Namun sudah hampir dua jam mereka berdiri di tempat
itu dan pak Iwan tak kunjung juga keluar.
“ Gila! Sudah hampir dua jam kita berdiri di sini tapi tuh
teroris nggak juga nongol.. “ Angga mengumpat.
“ Sepertinya dia tidak akan keluar hari ini. Keadaan rumah terlihat kosong dari tadi. Mungkin mereka semua udah pergi jauh sebelum
kita datang kesini. “ ujar Nana.
“ Yah mungkin seperti itu.. “ Juang membalikkan badan seraya
menyadarkan tubuhnya pada pohon.
“ Terus apa yang akan kita lakukan selanjutnya? “
“ Iya brow. Masak kita harus nunggu di sini terus sampai
tuh orang muncul sih? “ Dhea memandang Juang dengan muka melas. Sementara yang
lain hanya mendengarkan pembicaraan seraya duduk di bawah pohon.
“ Kita pulang saja dan melanjutkan
menyelidiki besuk. Kalau kita tetap tidak menemukan apapun ya entahlah.
Penyelidikan ini terlalu berat untuk anak seusia kita. Polisi saja bahkan belum
bisa menemukan. “ Juang berbicara dengan mengangkat bahunya. Sepertinya dia
sudah mulai menyerah dengan penyelidikan tersebut.
“ Wah. Nggak bisa gitu men. Kita
udah mati-matian masak kita nyerah.. “ Angga berusaha membangkitkan kembali
semangat Juang.
“ Iya brow. Kita harus yakin kalau
kita pasti bisa! “ Dhea mengikuti.
Sementara
para personil GHC tengah berusaha membangkitkan semangat sang ketua. Kini
keadaan sekolah mulai terdengar rame kembali. Polisi yang kemarin diberi tugas
untuk membantu sekolah tersebut siang itu datang menemui kepsek.
“ Bagaimana pak? Apakah anda sudah
menemukan bukti dari kasus ini?” pak Novan bertanya dengan wajah panik.
“ Maafkan kami pak. Jejak tersangka
sangat sulit ditemukan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tetap saja
kami belum menemukan bukti apapun.. “
“ Terus bagaimana ini pak?”
“ Kami akan tetap berusaha semampu
kami pak. Kami hanya menduga kemungkinan semua ini adalah ulah orang dalam.
Karena dulu kami sempat menangani kasus yang persis seperti ini, dan pelakunya
adalah orang dalam. Teman korban sendiri..“
“ Tapi siapa pak? “ pak Novan
semakin terlihat panik.
“ Kami juga belum bisa memastikan
pak. Itu hanya sekedar dugaan sementara saja.”
Pak
Ahmadi yang mendengar penjelasan polisi tersebut hanya terpaku dan semakin
yakin dengan penyelidikan yang telah dilakukan oleh para personil GHC. Ia mulai
berfikir kalau anak-anak GHC bukanlah murid yang biasa seperti yang lain. Tapi
mereka memang sedikit memiliki bakat dalam hal ini. Dengan langkah ragu pak
Ahmadi mulai mendekati kepala sekolah dan menenangkan pikiran pak Novan yang
sudah terlihat semakin panik itu.
“ Tenang pak. Mereka pasti bisa
menyelesaikan semua penyelidikan ini.. “
Pak
Novan hanya menganggukkan kepalanya seraya tertunduk lemas. Semua guru yang
melihat kejadian itu saling berbisik dan merasa penasaran dengan siapa pihak dalam
yang dimaksud oleh polisi tadi. Disisi lain, pak Iwan yang telah di duga
sebagai pelaku atas semua ini, kini tengah berdiri dibalik pintu masuk ruangan
guru seraya mengawasi mereka dengan tersenyum.
_____________________________________________________________________________________________________
Setelah kemarin gagal melakukan
penyelidikan. Malam ini mereka datang lagi ke rumah pak Iwan dan melanjutkan
mengintai kembali rumah tersebut. Juang yang awalnya mulai menyerah sebagai
pelopor penyelidikan ini, kini kembali terlihat bersemangat berkat rayuan
teman-temannya kemarin. Akan tetapi Dhea tidak bisa ikut karena harus menjaga
ayahnya yang sedang berbaring di rumah sakit.
Usaha mereka ternyata tidak sia-sia malam itu. Akhirnya pak
Iwan keluar juga dari rumahnya. Dia tampak buru-buru masuk ke dalam mobil. Para
personil GHC segera bangkit dan mengikuti kemana arah mobil pak Iwan. Dengan
laju mobil yang sangat pelan, mereka mengawasi gerak-gerik pak Iwan dari jarak
sekitar 100 M.
Tidak lama kemudian mobil pak Iwan pun berhenti. Dan
ternyata beliau datang ke sekolah malam itu. Entah apa yang akan dilakukan oleh
wakil kepsek tersebut, yang pasti dia berjalan sangat pelan dan sesekali
mengawasi keadaan di sekitarnya. Dengan berjalan secara mengendap-endap Juang
dan kawan-kawannya terus mengikuti langkah pak Iwan dari belakang. Namun sesaat
tiba-tiba bayangan pak Iwan menghilang begitu saja. Sehingga mereka kehilangan
jejak selanjutnya.
“ Kemana hilangnya tuh orang? “ Juang berusaha mencari di
mana keberadaan pak Iwan.
“ Iya-ya.. cepet banget ngilangnya tuh orang..”
“ Terus kita musti gimana donk? “ Nana bertanya ke arah
Juang.
“ Entahlah.. “
Tidak lama kemudian tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara
lelaki dari belakang.
“ Apa yang kalian lakukan di sini? Apa kalian mengikuti
saya? “ suara pak Iwan mengalihkan pandangan mereka.
Semua
personil GHC tampak panik dan sulit untuk menjawab. Mendadak suasana berubah
menjadi hening. Mereka terlihat sangat kebingungan untuk mencari alasan.
Akhirnya Angga bertindak sebagai pahlawan dan mencairkan suasana yang mulai
hening itu.
“ Lha bapak sendiri ngapain di sini? Kita lagi nyari
sesuatu. Lebih tepatnya berpetualangan di tengah malam.. “
Juang dan yang lain menghembuskan nafas. Kali ini Angga
benar-benar membantu mereka.
“ Saya sedang mencari kunci motor saya yang ketinggalan tadi
pagi.. “ pak Iwan kembali menjawab.
“ Owh kalau gitu kami bantu pak..? “
“ Eh, em.. tidak usah. Kuncinya sudah saya temukan. Kalau
gitu saya pulang duluan. Kalian hati-hati, ini udah malem.. “ pak Iwan terlihat
sangat gugup. Lantas tak lama kemudian beliau pun berlalu dari hadapan mereka.
“ Uhhh., hampir saja kita tadi tertangkap. “ Juang menghela
nafas panjang.
“ Kan ada gue.. “ kata Angga seraya mengangkat kerah bajunya.
“ Iya juga sih. Nggak sia-sia juga kita punya temen kayak
loe. Sedikit membantu sih.. “ Rega menepuk pundak Angga keras.
“ Gila! Pelan-pelan ngapa! “ Angga meringis kesakitan.
“ Eh, tapi aku semakin curiga sama tu orang.. “ Nana
mendekat ke arah Juang.
“ Sama aku juga. Kalian lihat kan tadi betapa gugupnya dia
saat Angga tanya ngapain tujuan dia kesini. Kelihatan banget gitu bo’ongnya.. “
“ Juang.. Juang.. Mana ada sih maling yang mau ngaku. Kalau
semua maling mau ngaku, bisa-bisa penjara penuh..” Isna berkata dengan nada
polosnya.
“ So, apa langkah kita selanjutnya? Aku benar-benar yakin
kalau dia adalah tersangkanya.. “ Reza ikut ambil bicara.
“ Kita awasi terus saja gerak-gerik dia gimana. Kalau kita
punya bukti yang cukup baru kita ngomong ke pak Ahmadi.. gimana? “
“ Oke!! “
_____________________________________________________________________________________________________
“ Gimana penyelidikan kalian tadi malam? “ Dhea datang dan
segera menghampiri teman-temannya yang tengah dalam perjalanan menuju kelas.
“ Baik. Bahkan bisa dikatakan sukses.. “ Isna menjawab
dengan tersenyum.
“ Beneran?? “ Dhea kembali bertanya dengan nada kaget.
“ Hemm ya begitulah. Oh ya gimana kabar ayahmu? Maaf ya kami
belum sempat menjenguk.. “ Nana menjawab.
“ Nggak papa kok. Kata dokter besuk juga udah boleh pulang..
“
“ Syukurlah kalau gitu.. “
Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Selama
dalam perjalanan mereka terus membahas mengenai penyelidikan tadi malam.
Sedangkan Dhea hanya bingung sendiri karena tidak paham dengan apa yang mereka
bahas. Ketika sedang asyik membicarakannya, tiba-tiba saja pak Ahmadi datang
menemui mereka.
“ Apa yang kalian katakan kemarin memang benar.. “
“ Maksudnya pak? “ Reza bertanya dengan dahi berkerut.
“ Tentang penyelidikan itu. Kemarin polisi datang kesini.. “
“ Terus.. terus gimana pak? Apa yang mereka katakan? “
Para
personil GHC saling bergerombol dan berebut tempat agar bisa mendengarkan
penjelasan pak Ahmadi. Dan seperti biasa, Angga tidak mau kalah dengan
teman-temannya. Dia selalu ingin menjadi orang yang terdekat dengan narator.
“ Ya seperti yang kalian katakan kemarin malam. Semua
kejadian ini diperkirakan penyebabnya adalah orang dalam.. “
“ Tidak salah lagi! “ Angga berbicara dengan nada keras
sampai air liurnya muncrat ke arah Rega.
“ Woee! Nggak usah pakek kuah juga kalee!!! “ Rega melirik
geram ke arah Angga.
“ Hehehe.. peace men. Kagak sengaja. Beneran dech..
sumpritt.. “
Semua
anak yang melihat tingkah usil Angga seperti biasanya, mereka hanya
menggelengkan kepala seraya berdecak geram melirik ke arahnya. Dan sesaat
kemudian pak Ahmadi kembali melanjutkan kalimatnya.
“ Terus bagaimana dengan
penyelidikan kalian sampai saat ini? “
“ Kami sudah yakin kalau beliau
adalah orang yang kita cari selama ini. tapi kami sangat kesulitan dalam
menghadapi beliau. Sangat sulit dalam menemukan bukti tentang dia.. “
“ Memang orang yang kalian hadapi
saat ini bukanlah orang yang mudah. Dia bisa melakukan segala cara agar
kedoknya tidak terbuka. Kalian tidak pernah mendengar berita yang sedikit heboh
tentang dia? “
Barisan
kembali merapat. Mereka sangat penasaran dengan cerita pak Ahmadi yang
selanjutnya. Angga segera mendesak teman-temannya dan kembali ke barisan paling
dekat dengan pak Ahmadi.
“ Dulu dia sempat akan dikeluarkan
dari sekolah ini karena sebuah kasus.. “
“ Kasus apa itu pak? “ Dhea bertanya
tanpa mengalihkan perhatiannya dari mulut pak Ahmadi.
“ Dia menghamili salah satu siswi di
sekolah ini.. “
“ Apa??????????!!! “
Mereka
sangat terkejut dengan perkataan pak Ahmadi barusan. Mereka benar-benar tidak
menyangka kalau pak Iwan ternyata guru yang separah itu. selama ini beliau
terlihat sangat berwibawa di hadapan para siswa. Tapi ternyata beliau memiliki
masa lalu yang begitu buruk.
“ Tapi kenapa sampai saat ini beliau
belum di pecat juga pak?”
“ Nah itulah yang menjadi tanda
tanya besar para guru sampai saat ini. saat pak Agus ingin memecat dia,
tiba-tiba saja beliau berubah pikiran. Dan hasilnya ya seperti sekarang. Dia
masih tetap leluasa berada di sekolah ini.. “
“ Apa dia memiliki suatu keahlian
khusus pak? Kayak magic atau apa gitu? “
“ Saya juga kurang tahu. Tapi para
guru menduga kalau dia memiliki teman seorang dukun. Dan itu adalah senjata
ampuhnya selama ini.. “
Semua
personil GHC termenung untuk sesaat. Mereka merasa tidak akan sanggup untuk
melanjutkan penyelidikan ini, melihat betapa sulitnya musuh yang mereka hadapi
saat ini. sesaat semangat mereka mulai luntur secara perlahan. Ketika pak
Ahmadi telah pergi dari hadapan mereka, Juang mengambil tempat bangku yang tadi
diduduki oleh pak Ahmadi.
“ Kali ini kita memang harus angkat
tangan. Musuh yang kita hadapi tidaklah mudah.. “
“ Gila ya tuh orang. Udah tukang
cabul, pakai dukun pula.. “ Angga tak henti-hentinya menggelengkan kepalanya
sendiri.
“ Jadi sah ni kita mundur sekarang?
“ Reza bertanya dengan nada lemas.
“ Yah. Mau gimana lagi.. Aku rasa
kita sudah kalah sebelum kembali berperang.. “
“ Emang kemarin kita sedang perang
ya? Tapi kok nggak bawa tombak, pedang atau pistol gitu ya?? “ Isna kembali
dengan otak lemodnya.
“ Isna!!!! “ Nana berteriak geram.
Para
personil GHC kini benar-benar dilanda galau. Saat itu juga mereka langsung
memutuskan untuk berhenti melanjutkan penyelidikannya selama ini. mereka sudah
sepenuhnya menyerahkan tugas itu kepada pihak kepolisian.
_____________________________________________________________________________________________________
Sejak
saat itu mereka kembali ke keadaan awal. Angga mulai sibuk dengan aktivitas
konyolnya, Juang dan kawanan cowok GHC
yang lain segera kembali ke kegiatan bermusik mereka, sedangkan personil
GHC yang cewek kembali ke hobbi gosipnya. Suasana benar-benar kembali seperti
semula sebelum ada penyelidikan itu.
“
Gimana tugas kita untuk hari ini? loe masih ingetkan? “
“
Hah gue udah gitu loh.. “ Angga mencolek hidungnya dengan PD.
“
Tumben loe udah? Biasanya paling malas sama tugasnya guru kriting itu.. kalau
gitu ntar kita semua ngutip ya?? “
“
Loh jangan salah men. Survei membuktikan seburuk-buruknya seseorang itu pasti
masih punya suatu kelebihan. Contohnya gue gitu.. “
“
Hahaha iya! Kelebihan loe tukang pembuat onar di sekolah.. “ Nana menjulurkan
lidahnya.
“
Huuuu.. lihat aja ya nanti kalau sampai gue jadi lulusan terbaik tahun ini.
kalian semua harus traktir gue satu persatu! “
“
Loh nggak bisa gitu men. Justru loe loe semua
yang seharusnya nraktir gue.. “
“
Hahaha.. tapi gue nggak yakin kalau loe jadi juara.. “
“
Oke kita lihat aja nanti.. “
“ Eh
udah telat nih.. masuk kelas yuk? “
Juang
memperlihatkan jam tangannya ke arah yang lain. Waktu telah menunjukkan pukul
07.20. Saat ini mereka sudah telat 20 menit dari jam masuk. Mereka pun segera melanjutkan
langkahnya menuju kelas dengan berlari.
Suasana ruangan itu masih tetap sama. Semua
anak terlihat tengah sibuk memperhatikan guru kriting itu menjelaskan
meterinya. Dengan berjalan secara mengendap-endap, para personil GHC masuk
kelas melalui pintu belakang dan menuju ke bangku masing-masing. Namun belum
sempat mereka sampai pada tempat yang dituju, tiba-tiba saja bu Tari menoleh ke
belakang dan menegur mereka.
“
Kalian lagi!!! Sekarang sudah jam berapa? “ sentak guru kriting itu.
“
Jam 07.25 bu.. hehehe “ Angga menjawab dengan nyengir, sedangkan yang lain
tengah terdiam menunduk.
“
Kalian ini sudah kelas tiga! Sebentar lagi akan menghadapi ujian. Tapi kelakuan
masih saja tetap sama! “ guru itu kembali menggertak.
“
Maaf bu kami khilaf.. “ Angga kembali menjawab.
“
Khilaf kok terus-terusan!”
Guru kriting itu kini bagaikan gunung api yang siap
memuntahkan lahar panasnya. Asap tebal sudah siap untuk keluar dari ubun-ubun.
Semakin tinggi dan terus meninggi sampai ke puncaknya. Wajahnya yang sudah
mulai terlihat sedikit keriput itu mulai berubah warna menjadi merah.
Menunjukkan betapa marahnya guru itu saat ini.
“
Tenang bu. Dalam agama, marah itu diharamkan. Dan barang siapa yang suka
marah-marah, maka dia adalah temannya setan.. “ Isna berusaha mencairkan
suasana itu dengan sedikit dalilnya.
“
Kamu lagi! Jilbabmu segedhe taplak gitu. Tapi lemodnya nggak ilang-ilang! Mana
tugas kalian??? “
Rega dan yang lain menyodok lengan Angga seraya berbisik. “
Mana men kerjaan loe? Biar kita kutip kilat dulu.. “
“ Tugas
yang mana nih? Gue belum ngerjain.. “
“ Apa??????? Lha tadi katanya udah.. “
“
Hehehe.. udah inget gitu men maksudnya.. “
“
Anggaaaaa!!!!!!!!!!!”
Guru itu terus mengawasi mereka dengan tatapan tajam dari
arah belakang. Semua personil GHC terlihat sangat bingung. Angga yang tadinya
mereka jadikan andalan untuk tugas terebut ternyata juga belum mengerjakan
tugasnya.
“
Ini sudah saya duga! Kalian pasti belum mengerjakankan?”
Semua anak itu diam menunduk. Tidak ada komentar sedikitpun.
“
Saya benar-benar tidak paham dengan apa yang ada dalam jalan pikiran kalian
sampai sejauh ini. kenapa tidak sedikitpun mengalami perubahan?!! Sekarang
kerjakan soal ini dan tulis sampai selesai!!! Dan kumpulkan setelah pelajaran
berakhir!! “ teriak bu Tari seraya menyerahkan beberapa lembar kertas yang
berisikan 100 soal fisika.
Juang dan yang lainnya mengambil kertas itu dan segera
menuju ke bangku masing-masing.
“
Kalau kita kaya gini terus kapan berubahnya? “ kata Nana ketika di
tengah-tengah pengerjaan tugas.
“
Iya juga sih. Loe tuh Ngga yang seharusnya cepat tobat. Tingkah kamu tuh selalu
ngeselin.. “
“
Loh kenapa harus gue?”
“ Ya
tanya aja pada diri kamu sendiri.. “
“
Udah-udah. Kita selesain dulu nih tugas. Jangan ngobrol terus.. “ Juang
menasehati mereka tanpa mengalihkan pendangannya dari soal yang di berikan bu
Tari tadi.
Mereka segera menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat.
Angga terlihat sangat serius dalam mengerjakan. Meskipun hasilnya tidak sesuai
dengan kepedeannya. Sedangkan Dhea tampak bingung mencari contekan dari
teman-temannya. Beberapa menit kemudian bel tanda ganti pelajaran pun berbunyi.
Para personil GHC tampak tergesa-gesa menyelesaikan tugas tersebut dan
menyerahkan kepada bu Tari sebelum beliau keluar dari kelas.
_____________________________________________________________________________________________________
4
bulan telah berlalu. Sebentar lagi ujian kelulusan akan segera dilaksanakan.
Sekarang mereka telah duduk di bangku kelas tiga. Semua murid sudah mulai
terlihat sibuk mengikuti les sana sini agar mereka lulus dengan nilai yang
baik. Sementara itu para personil GHC kini tengah sibuk dengan aktivitas baru
mereka, yaitu belajar kelompok secara keliling.
Siang
itu usai pulang sekolah, jadwal belajar kelompoknya adalah bertempat di rumah
Nana. Tapi karena rumah Nana digunakan rapat oleh teman-teman ayahnya, akhirnya
mereka memutuskan untuk belajar kelompok di sekolah saja. Setelah pulang
sekolah mereka segera meminta ijin kepada penjaga sekolah dan sekaligus meminta
kunci kelasnya.
“
Huah.. gue males banget sebenarnya belajar hari ni.. gue lagi nggak enak
badan.. “ Angga menguap dengan lebarnya.
“
Busyeeett kebiasaan loe makan jengkol kenapa nggak ilang-ilang sih.. “ Rega
kenutup mulut menggunakan kedua telapak tangannya.
“
Hehehe.. sori men. Tadi gue emang lupa nggak sikat gigi.. “
“
Angga!!!! “ semua temannya berteriak ke arah telinganya.
“
Adoh!! Nggak usah triak-triak gitu ngapa? “ Angga segera memegang telinganya
yang berdengung karena teriakan teman-temannya.
Mereka kembali melanjutkan aktivitas belajarnya. Selama ini
mereka jarang sekali belajar. Pada saat ulangan harian saja mereka justru
keluyuran main layangan di halaman rumah Angga. Tapi sejak kena hukuman kemarin, mereka terlihat berbeda.
Baik dalam sikap maupun kebiasaan mereka yang buruk selama ini secara perlahan
mulai berubah menjadi lebih baik.
Ketika yang lain tengah sibuk membahas soal matematika yang
begitu sulit sampai menguras pikiran mereka, tiba-tiba saja Angga kebelet
pengen kencing. Tanpa menunggu lama lagi dia segera berlari menuju toilet.
“
Huh. Akhirnya nih pestol lega juga.. “ Angga keluar dari toilet seraya
memperbaiki resleting celananya.
Saat akan melanjutkan langkahnya menyusul teman-temannya,
tiba-tiba saja dia mendengar percakapan seseorang dari balik pintu ruang guru.
Didengarkannya suara itu secara dalam-dalam.
“
Hahaha.. biar rasain tuh semua orang pada gempar nyari pelaku sabotase kemarin.
Kita santai aja. Mereka tidak akan mungkin menemukan jejak kita.. “
“
Tapi sepertinya mereka mulai sedikit tahu kalau pelakunya adalah orang dalam..
“
“
Kalau pun mereka tahu, mereka tidak akan mungkin mengira kalau itu adalah
kita.. “
Angga segera mengintip mereka dari balik jendela. Dan betapa
terkejutnya dia sosok orang yang di dengarnya tadi adalah pak Iwan dan pak
Hadi. Mereka semua adalah kandidat dari kepala sekolah kemarin yang tidak
menang dalam pemilihan. Angga segera mengambil ponselnya dan merekam semua
pembicaraan kedua guru tersebut.
Setelah beberapa menit lamanya ia berdiri di balik pintu
untuk merekam semua pembicaraan penting itu. Akhirnya ia pun menutup rekamannya
dan segera menunjukkan hasil rekamannya itu kepada teman-temannya yang lain.
“
Gila men! Sekarang kita benar-benar punya bukti tentang penyelidikan kita yang
tertunda kemarin.. “ Angga berkata dengan nafas ngos-ngosan.
“ Maksudnya?
“ Juang bertanya dengan dahi berkerut.
“
Coba kalian dengerin ini.. “
Angga
mulai memutar rekamannya tadi. Semua temannya sekarang tercengang, dan sesaat
suasana berubah menjadi hening. Mereka saling memandang Angga dengan tatapan
tak percaya. Apa yang mereka cari selama ini akhirnya terungkap sudah. Sekarang
mereka hanya tinggal menyerahkan rekaman itu ke pak Ahmadi agar segera ditindak
lanjuti.
_____________________________________________________________________________________________________
Keesokan
harinya mereka segera mengasihkan hasil rekamannya tersebut ke pak Ahmadi. Pak
Ahmadi sangat berterima kasih kepada 7 serangkai karena telah berhasil
mengungkap misteri kasus sabotase itu. Dan setelah semuanya terungkap, akhirnya pak Iwan dan pak Hadi
dikeluarkan dari sekolah itu. Seluruh warga SMA Bougenvile sangat senang dan
berterimakasih kepada GHC. Sejak saat itu, GHC yang dulu dianggap sebagai
kumpulan anak yang tukang pembuat onar, sekarang dinobatkan sebagai kumpulan
detektif yang paling handal di SMA Bougenvile. Angga hanya tersenyum bangga
setiap kali mendengar pujian dari beberapa siswi di kelas.
Hari
yang ditunggu akhirnya datang juga. Setelah susah payah sampai harus keliling
rumah teman-temannya satu persatu untuk belajar kelompok, pengumuman hasil
ujian akhirnya dibagikan hari ini. Semua anak penghuni kelas XII ipa 2 saling
berpegangan tangan mendengar pengumuman yang akan di pasang di mading sekolah.
Mereka terlihat sangat cemas menanti pengumuman tersebut. Begitu juga dengan
para personil GHC.
Tidak
lama kemudian pak Ahmadi datang dengan membawa selembaran kertas. Semua anak
terlihat bergerombol untuk melihat isi kertas tersebut. Dan setelah melihat
hasil pengumuman mereka semua langsung berteriak histeris. Untuk tahun ini SMA
Bougenvile secara resmi 100% dinyatakan lulus. Dan yang paling pentingnya lagi,
lulusan terbaik tahun ini adalah Angga.
“
Selamat ya Angga. Kamu memang hebat.. “ pak Ahmadi memberikan ucapan selamat
kepada Angga.
“ Ah
biasa saja pak. Hehehe “ Angga memasang muka sedikit jaim.
“ Oh
ya. Terima kasih sekali atas pengungkapan kerusakan sekolah kita kemarin.
Kalian benar-benar hebat.. “
Semua personil GHC tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.
Dan tak lama kemudian pak Ahmadi pun berlalu dari tempat papan pengumuman.
“
Wah gila loe! Nggak nyangka kalau loe bakal jadi lulusan terbaik.. “ Rega nimpuk
kepala Angga dengan kertas.
“
Hehehe.. gue gitu loh.. “ Angga menjawab seraya mengangkat kerah bajunya.
“
Selamat ya Angga? “ Isna mengulurkan tangannya.
“
Sekarang kalian semua mengakui kan kalau gue tuh hebat? “ Angga kembali
memasang muka PD nya.
“
Iya-iya bawel.. hahaha “
Juang dan yang lain dengan cepat mengangkat tubuh Angga dan
menggendongnya menuruni tangga kelas seraya bersenda gurau. Angga hanya
tersenyum geli melihat ulah teman-temannya itu.
----end-----