Kamis, 27 Februari 2014

Cerpen Realita kehidupan


Realita Hidup
Rumah ini terasa tak asing lagi untukku. Tembok yang mulai terlihat mengusam, daun-daun kering yang berserakan, dan rerumputan tumbuh dengan lebat menghiasi halaman rumah. Jika dilihat dari luar, sudah tampak jelas rumah ini terlihat kosong seperti tak berpenghuni. Tidak ada sosok seorangpun yang terlihat melintas didalamnya. Suasananya pun begitu sunyi nan sepi. Aku menghela nafas panjang lantas melanjutkan langkahku menuju ke depan pintu. Ku buka pintu rumah itu pelan-pelan. “Krekk...” ku tengok kanan kiri sekitar dapur. Terlihat ruangan yang seperti kapal pecah. Berbagai peralatan dapur berserakan dilantai, dan semuanya terlihat sangat kotor. Aku mengusap dadaku sejenak, dan melanjutkan langkahku menuju kamar. Kutengok  sosok seorang bapak paruh baya tengah tertidur pulas diranjang tua dengan memeluk guling yang kainnya sudah mulai tampak lusuh. Aku tak berani untuk membangunkannya.  Bagiku sudah cukup hanya melihat keadaannya saja.
Ku letakkan tas ranselku di ruang tengah. Ruangan ini masih tetap sama. Hanya ada dua pasang kursi tua dengan tv berukuran 21 inci di depannya. Empat tahun yang lalu, ini adalah tempat kenanganku bersama mereka. Tempat dimana kami saling berkumpul dan bercanda satu sama lain. Meskipun hanya tiga orang, namun suasana saat itu benar-benar hangat. Aku memang sangat rindu saat-saat indah itu. Senyuman seorang ayah dan ibu yang begitu manis, disertai dengan canda tawa mereka yang selalu mendamaikan jiwaku. “huhflt.. tak seharusnya aku mengingat sesuatu yang hilang itu” segera ku hilangkan pikiran tentang masalaluku. Lantas akupun duduk bersandar di kursi seraya melepas penatku. Dan seperti biasanya aku langsung bermain laptop.
Suasana rumah sangat sepi. Hanya ada aku dan ayah, itupun ayah belum bangun. Jadi aku hanya mencari hiburan dengan bermain laptop. Biasanya kalau lagi galau aku membuat suatu cerpen atau puisi yang mengisahkan tentang kehidupan. Itu bisa sedikit mengobati rasa galauku untuk sesaat.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan kaki seseorang. Diseberang tampak seorang nenek tua tengah berjalan kearahku. Dari kejauhan dia kelihatan tersenyum dengan ramah. Aku pun mendekatinya.
“ Sampai rumah jam berapa?” Tanyanya seraya mencium pipiku.
“ Jam satu nek. Tadi dijemput sama Mas Yanto”
“ Ibumu nggak ikut pulang??”
“ Katanya ibu pulang setelah lebaran nek”
“ Oh. Hmmm Ya seperti inilah keadaan rumah setelah kamu tinggal. Aku juga belum sempat untuk membersihkannya, nenek nggak kuat kalau harus naik turun dari rumah kesini”
“ Nggak papa kok nek, memang keadaannya sudah seperti ini. mau gimana lagi??” aku tersenyum kearahnya.
“ Ya beginilah. Ayahmu di rumah kerjaannya hanya seperti itu. Sudah tak memperdulikan apa pun. Aku juga nggak paham dengan jalan pikirannya. Padahal sudah begitu lamanya dia seperti itu..”
            Aku mengangkat bahu seraya menatap mata nenek. Beliaulah sosok orangtua ku dari kecil. Semenjak ibuku kerja ke kota, beliau yang mengurus semuanya. Aku bengitu sangat menghormatinya. Dia sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Kalau bukan karena dukungan darinya, aku tidak mungkin mempunyai semangat dalam menjalani hidup.
“ Kalau nggak ada nasi, makan di rumah nenek saja. Ayahmu masak?”
“ Nggak ada nasi nek, tadi aku lihat sebentar nasinya udah basi. Selama aku tinggal, ayah makan apa?”
“ Ya terkadang dia makan di rumah nenek, kalau nggak gitu ya bulekmu yang nganter makanan ke sini. Seperti yang kamu tahu, dia kadang sulit untuk disuruh makan.”
“ Hmmmm..” Aku menghela nafas. Kata-kata seperti itu sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi untukku. Bahkan yang lebih parah dari itu semua masih banyak lagi.
“ Ya sudah. Nenek mau ke warungnya budhe kamu dulu. Nanti kamu makan aja ke rumah kalau belum makan.”
“ Iya nek.”
Tak lama setelah nenek pergi, terdengar suara rintihan ayah beranjak dari tempat tidurnya. Dia berjalan kearah kamar mandi tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Ku tengok dia dari kejauhan. Tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Semuanya pun terlihat berbeda. Kulitnya terlihat kering dan berwarna gelap. Rambutnya panjang dan tak beraturan. Terlebih lagi bajunya terlihat kusut karena tidak pernah disetrika. Bagaikan mendung yang menahan air hujan, kini aku benar-benar tak kuasa menahan air mataku saat melihat kondisinya. Semuanya terlihat benar-benar miris. Dulu dia adalah orang yang sangat aku hormati. Dia orang yang paling tidak suka sama sesuatu yang kotor, rajin salat, bahkan mampu bersih-bersih rumah sendiri. Tapi sekarang? Semuanya berputar 360 derajat dari keadaan awal. Aku tak pernah menduga semuanya bakal jadi seperti ini. Segera kuusap air mataku yang terjatuh disela-sela pipi. Aku tak ingin terus larut dalam kesedihan.  Lantas akupun melanjutkan kegiatan menulisku.
Diapun begitu indah,
Tiada sosok yang mampu menandingi
Aku begitu menyayanginya
Namun aku tak pernah tahu
Apakah dia menyayangiku?
Apakah dia memperhatikanku?
Apakah dia peduli denganku?
Tanda tanya selalu terbesit dalam benakku
Tapi aku tak pernah punya keberanian untuk menanyakan hal itu
Aku tahu dia pernah menyayangiku
Meskipun kini tak seperti yang dulu

Sabtu, 22 Februari 2014

Cerpen GHC


GHC ( Grouph Humor Comunity )
            Suara bel tanda istirahat telah dibunyikan. Dhea, Nana, Angga,  Rega , Isna, Juang, dan Reza keluar dari kelas sambil mengoceh ria membicarakan masalah tugas kelompok bahasa indonesia yang diberikan bu Tari usai pelajaran tadi.
“ Wah gila tuh bu Tinki winki, masak kita disuruh buat cerpen 10 halaman dalam waktu besuk. Ntar gue nggak bisa nonton bola donk gara-gara harus ngerjain tuh tugas. Mana gue nggak bisa buat cerpen lagi.  Trus gue musti gimana coba? “ ujar Angga.
“ Hahaha gampang men. Nggak usah dikerjain aja tuh tugas. Gampang kan? Semua senang.. “ Jawab Rega.
“ Gue juga males banget sebenarnya sama tuh guru. Kalau ngajar cuma gitu-gitu aja. Yang paling mengerikan lagi suaranya yang menggemparkan dunia. Cuma berbisik aja udah kedengeran sampai kelas sebelah.. “ Reza ikut nyambung dalam pembicaraan teman-temannya.
“ Hahahaha... setuju!! “ mereka menjawab secara bersamaan.
“ Sstttt. Kalian nih ngomong apa? Kalau kedengaran beliau kan nggak enak. Lagian yang namanya membicarakan kejelekan orang lain itu dosa lho..  “ Isna menengahi pembicaraan.
Dhea, Nana, Angga, Rega , Isna, Juang, dan Reza adalah sahabat dalam tujuh serangkai. Mereka sudah bersahabat sangat lama, bahkan ketika masih dalam sekolah dasar. Karena dari ketujuh bocah tersebut selalu membuat kejailan dan bertingkah lucu dibandingkan dengan murid lainnya, maka mereka menamakan groupnya dengan sebutan GHC yaitu singkatan dari Group Humor Comunity.
            Nana adalah personil paling cantik dalam group ini. Selain cantik dia juga pintar dalam hal musik dan seni. Dia juga gadis yang tajir dalam sekolah tersebut. Ayahnya bekerja sebagai kepala sekolah di SMP Tunas Jaya, sekolah menengah terfavorit di kota mereka.
            Personil kedua adalah isna. Satu-satunya gadis yang memakai jilbab dalam group GHC. Dia adalah tipe cewek yang paling takut dengan yang namanya dosa. Kemanapun ia melangkah, jilbabnya tidak pernah lepas dari kepala. Akan tetapi Isna sedikit lemot dalam pembicaraan. Meskipun begitu, aura kecantikannya tetap terlihat indah dimata para siswa. Tidak sedikit yang pernah mengajaknya berpacaran, hanya saja Isna selalu menolak mereka dengan alasan pacaran dilarang dalam agama.
            Personil cewek dalam GHC yang ketiga adalah Dhea. Gadis berambut ikal ini adalah satu-satunya cewek yang jauh lebih centil dan jail dibandingkan dengan Isna dan Nana. Dia tidak begitu cantik seperti kedua gadis diatas, akan tetapi wajahnya menyenangkan jika dipandang. Apalagi saat dia sedang tersenyum, lekuk bibirnya terlihat sangat manis.
            Anggota yang ke empat adalah Juang. Kalau Nana sebagai cewek yang paling cantik dalam GHC, maka sebagai pasangannya adalah Juang. Dia adalah cowok yang paling cakep dalam grup tersebut. Tidak sedikit siswi yang tertarik dengan aura kepangeranannya. Namun sayangnya Juang terkesan lebih cuek menanggapi celotehan mereka.
            Selanjutnya adalah Rega dan Reza. Dilihat dari namanya saja mereka sudah memiliki kemiripan. Keduanya adalah saudara kembar. Rega sebagai sang kakak memiliki kulit yang jauh lebih putih dari pada adiknya. Jika dilihat dari jarak pandang yang lumayan jauh, mereka terlihat bagaikan kopi dengan susu. Akan tetapi Rega jauh lebih cerewet dibandingkan dengan Reza.
            Dan personil GHC yang terakhir adalah Angga. Satu-satunya cowok yang memakai kaca mata dalam group tersebut. Selain humoris, dia juga siswa yang pintar merayu seorang guru. Kata-katanya selalu membuat orang lain tersenyum lebar karena lebih diplesetkan kedalam sebuah lelucon.  Anehnya, meskipun dia selalu membuat onar di sekolah, tapi ia jarang sekali mendapat nilai yang buruk. Dia bahkan selalu masuk kedalam 5 besar kategori siswa terpintar di kelasnya.
            Well, Oke. Itulah sekilas tentang nama-nama dan berbagai sifat dari personil pengisi GHC. Saatnya kembali kecerita yang tadi.
            Mereka melanjutkan pembicaraan seraya berjalan ke arah kantin. Dhea yang sedang asyik makan ice cream  sambil berjalan membelakangi temannya yang lain, tiba-tiba saja menabrak seseorang dari arah belakang.
            Brakk!! Dan seperti biasa Dhea langsung mengumpat dan berteriak memarahi orang yang membuatnya kesal.
“ Woe!! Loe nggak liat apa kalau gue lagi jalan mundur??! Kalau jalan tuh ati-ati!! pak.......” Dhea menghentikan teriakannya ketika membalikkan badan. Dilihatnya sosok lelaki tua berambut setengah botak itu dengan muka merah karena menahan rasa malu. Seseorang yang menabrak dia barusan bukanlah siswa. Melainkan pak Yoyok, guru bahasa inggris yang terkenal dengan kumis tebalnya. Beliau adalah termasuk guru yang sangat  killer di sekolah tersebut.
Semua anak yang melihat kejadian itu langsung tertawa sekencang-kencangnya.
“ Pak Yoyok kan mau lewat.. hehehe, maksudnya tadi gitu pak. “ Dhea melanjutkan pembicaraanya sambil cengengesan.
Guru tua itu tidak menjawab dan hanya menatap Dhea dengan muka merah padam. Kumisnya yang tebal sudah mulai terlihat berkedut-kedut. Pertanda bahwa sebentar lagi beliau akan memuntahkan lahar panasnya. Dhea yang menyadari bakal ada guncangan dari pak Yoyok,  dengan segera ia berlari begitu saja dari hadapan guru itu.
“ Dheaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!”
Gadis usil itu terus berlari tanpa memperhatikan suara yang menggelegar dan mengguncang seluruh isi sekolah. Dalam langkahnya ia terus berkata “ maaf pak saya tidak mendengar. Maafkan saya pak, maaf... “
Sementara itu, keenam temannya kini tengah tertawa lebar melihat Dhea yang berlari kebingungan. Dari ketujuh anak tersebut, Dhea memang lebih sering membuat masalah dengan teman-teman di sekolahnya. Dia adalah anak yang paling tidak suka kalau disalahkan, meskipun terkadang dia sendiri yang memulai.
_________________________________________________________________________________________________
            Dhea menggeser bangku tempat duduknya seraya mengatur nafas. Semua temannya tertawa melihat kedatangan dia di kelas.
“ Huahh!! Gila. Hampir saja ada gempa bumi tadi... “ kata Dhea seraya bersandar pada kursinya.
“ Hahaha. Sumpah gokil banget loe! Empat jempol gue kasih karena alasan loe yang nggak masuk akal tadi.. “ jawab Reza sambil mengangkat jempolnya.
Semua anak dalam kelas tersebut tertawa, kecuali Dhea. Dia hanya meringis seraya menatap geram ke arah Reza.
“ Makasih ya! “
“ Iya putri jail.. “ Reza kembali memasang muka nyengirnya.
Tidak lama kemudian Angga datang dengan membawa surat edaran tentang pemilihan calon kepala sekolah tahun ini. Dia langsung  nyelonong masuk kelas begitu saja dan berdiri di depan anak-anak yang lain sambil berteriak-teriak nggak jelas.
“ Sodara! Sodara! Setanah air Indonesia.  Ayo kita sukseskan sekolah kita dengan memilih calon kepala sekolah yang benar-benar sesuai dengan visi dan misi yang diucapkannya.  Mari kita pilih seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan penuh perhatian dengan lingkungannya. Hidup SMA bougenvile tercinta!! “
Semua anak tertawa lebar melihat ulah bocah yang satu ini.
“ Woe!!! Loe emang pantes jadi pendukung partai demokrat. Hahaha.. “ teriak seorang anak dari belakang.
“ Kapan-kapan gue pinjem suara cempreng loe buat ngusir tikus di sawah kakek gue ya? Hahahaha.. “ Sahut teman yang berada di dekatnya.
Angga melirik tajam dengan membentuk ekspresi marah ke arah anak yang berteriak tadi.
            “ Boleh juga. Ide kalian masuk! “ jawab Angga dengan sedikit manyun.
Suasana kelas menjadi sangat gaduh. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang melempar kertas ke arah Angga, ada yang bersorak-sorak ramai nggak jelas, dan bahkan ada yang sampai meneteskan air mata karena melihat tingkah Angga yang semakin heboh setiap harinya. Hingga pada akhirnya suasana menjadi hening dalam sesaat ketika terdengar ada suara seseorang dari luar yang membuka pintu kelas.
Kreekk.. bu Sri masuk ke kelas bersama dengan calon-calon kepala sekolah baru.
“ Anak- anak. Seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah hari pemilihan kepala sekolah baru di SMA kita. Saya harap kalian memilih berdasarkan hati nurani masing-masing. Tentukan menurut kalian mana yang pantas untuk menjadi pengganti pak Syamsul sodiq.. “ bu Sri mengakhiri pembicaraannya dengan membagikan selembar kertas pilihan calon kepala sekolah kepada masing-masing siswa.
Kandidat kepala sekolah baru di SMA bougenvile hari ini ada 3 orang. Pertama adalah pak Iwan, mantan wakil kepala sekolah tahun kemarin. Beliau adalah orang yang sangat berwibawa di depan anak-anak. Selain itu dia juga lebih dekat dengan siswi dibandingkan dengan siswa. Kandidat yang selanjutnya adalah pak Hadi, dia adalah guru olahraga di SMA tersebut. Selain masih muda dan belum menikah, ia dulu juga alumni dari SMA tersebut. Dan kandidat yang terakhir adalah pak Novan. Mantan guru bahasa indonesia yang terkenal dengan kebaikannya. Beliau sangat ramah terhadap siapapun, jadi tidak heran kalau semua murid lebih dekat dengan beliau daripada dengan guru yang lain.
Semua anak di kelas diam. Satu persatu dari calon kepala sekolah mulai maju dan menyampaikan visi misi mereka. Anak-anak terlihat saling berbisik dengan teman sebangku mereka ketika akan memilih. Mereka mulai mencatat nama calon dan memasukkannya pada tempat yang telah disediakan oleh panitia.
Tidak lama kemudian setelah semua murid selesai memilih. Bu sri dan para calon kepala sekolah baru meninggalkan kelas tersebut dan menuju ke kelas yang lain. Semua penghuni kelas tersebut kini kembali dengan aktivitas ramainya.
__________________________________________________________________________________________________
Setelah melewati beberapa perundingan dengan semua pihak sekolah, maka kepala sekolah yang terpilih untuk tahun ini adalah pak Novan. Hampir seluruh pihak sekolah memilih beliau, karena beliau memang pintar dalam bersosialisasi dengan anak-anak. Semua guru memberikan ucapan selamat kepadanya. Namun disatu sisi ada salah satu dari kandidat yang tidak menyukai keputusan tersebut. Dia menatap sinis ketika melihat semua guru mengucapkan selamat kepada pak Novan.
Beberapa hari setelah pemilihan kepala sekolah baru, keadaan sekolah tersebut mulai banyak mengalami perubahan. Banyak bangunan lama yang direnovasi dan mulai di bangun gedung-gedung baru. Sekolah itu terlihat lebih maju dari pada yang sebelumnya. Banyak sekali kegiatan tambahan untuk ekstrakurikuler, seperti drum band, dialog bahasa inggris dan lain sebagainya. Semua anak sangat bangga dengan perubahan yang terjadi di sekolah mereka.
            “ Tuh kan gue bilang juga apa? Nggak sia-sia kan gue pilih tuh kepala sekolah. Sekolah kita jadi maju. “ ujar Angga ketika berjalan menuruni tangga kelas bersama teman tujuh serangkainya.
              Halah. Bukannya pilihan loe kemarin awalnya pak Iwan? Kalau bukan karena saran dari gue udah kalah taruhan loe.. “ jawab Rega.
            “ Apa???? Jadi kalian taruhan? Astaghfirullah. Ingat teman. Itu dosa. “ Isna mulai berdakwah.
            “ Hahaha. Dengerin tuh kata bu ustadz.. “ Nana ikut nyambung.
            “ Kaya gue gitu. Ngerti agama. Kalau kaya gitu tuh dosa.. “ Dhea memasang tampang polos di depan teman-temannya.
            “ Huuuuuuu!!!!!!! “ semua temannya menyoraki dia secara bersamaan.
              Tapi nggak jadi kok. Beneran dech. Sumprit.. “ Angga memandang Isna dengan tersenyum nyengir.
                 “ Eh ada apaan tuh?  Kok rame-rame? “ Reza menunjuk pada gerombolan siswa yang memenuhi papan pengumuman.
                 “ Kesana Yuk. “ Rega melangkah duluan dari teman-temannya.
                 Sesampainya di papan pengumuman, mereka tidak bisa melihat apa isi dari kertas yang ditempel dalam papan tersebut. Semua anak terlihat sangat bergerombol melihatnya. Angga yang melihat kejadian tersebut dengan tingkah usilnya segera beraksi. Di ambilnya seekor cicak yang menempel di dinding dekat papan pengumuman. Kemudian dengan nada cempreng ala khasnya dia langsung berteriak histeris seraya melempar cicak yang diambilnya tadi ke arah gerombolan yang memenuhi papan pengumuman itu.
                 “ Cicak!!!!!!!!!.. “
                 Semua anak  serempak langsung berteriak ketakutan karena melihat cicak di dekat mereka. Tanpa menunggu lama lagi, mereka langsung berlari begitu saja dari tempat itu.
Angga tertawa keras melihat anak-anak yang berlari karena ketakutan itu. Di ambilnya kembali cicak yang dilempar tadi. Dan dia kembali bertingkah konyol.
                 “ Nggak sia-sia gue punya teman kaya loe cak. Loe lebih jauh bermanfaat dibandingkan mereka.. “ Angga berbicara pada cicak dengan sedikit melirik ke arah teman-temannya.
                 Para anak-anak GHC hanya tersenyum melihat tingkah teman satunya itu. kemudian mereka langsung melihat papan pengumuman. Dalam papan pengumuman tersebut dikatakan bahwa sebentar lagi sekolah akan membuat mading untuk masing-masing kelas.
Sementara yang lain tengah sibuk melihat papan pengumuman, berbeda lagi dengan Isna. Bukan papan pengumuman yang di dekatinya. Tapi justru malah Angga.
                 “ Kamu udah lama ya bray temenan sama cicak? Kenapa nggak pernah ngomong? “ Isna bertanya pada Angga dengan polosnya.
Angga menatap perempuan itu dengan tatapan setengah sebal. Lantas diapun menjawab dengan nada sedikit menjatuhkan. “ Ngomong noh sama ember!!! “
                 “ Emang bisa ya Ngga? “ Isna masih terus bertingkah lemot seperti biasanya.
                 “ Tanya sama mbah google..!! “ Angga menjawab dengan nada gregetan. Dan selepas itu ia berlalu begitu saja dari hadapan Isna.
Isna masih terlihat tampak kebingungan dengan perkataan Angga. Dia terus bertanya-tanya sendiri.
                 “ Oh. Ternyata google itu pemiliknya udah tua ya? Tadi kata Angga udah kaya mbah-mbah. Baru tahu saya.. “ Isna mengangguk-anggukkan kepalanya.
                 “ Woee!!! Loe mau pulang nggak? “ terdengar suara Reza dari seberang jalan. Semua teman Isna kini sudah berada jauh dari tempatnya berdiri. Isna segera menoleh ke arah mereka dan berteriak.
                 “ Eh. Eh, tungguin donk!!! “ Isna langsung berlari menyusul mereka.
_____________________________________________________________________________________________________
            Pak Ahmadi memandangi bangunan yang rusak itu dengan seksama. Semua gedung yang baru dibangun itu kini telah mengalami kerusakan total. Lebih tepatnya baru terjadi sabotase dalam sekolah itu. Semua penghuni sekolah gempar dengan kejadian tersebut. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Para anak GHC yang melihat kejadian tersebut langsung mendekati pak Ahmadi dan menanyakan penyebabnya.
            “ Wah... benar-benar gila tuh orang. Kita harus segera lapor polisi pak. “ Angga mendekati pak Ahmadi terlebih dulu. Sedangkan yang lainnya mengikuti dari belakang.
            “ Saya juga heran dengan kejadian ini. mengapa tiba-tiba semua bangunan menjadi porak poranda seperti sekarang.. “ pak Ahmadi menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari bangunan tersebut.
            “ Mungkin kena gempa bumi kali pak.. “ ujar Isna.
Semua mata menatap ke arah Isna dengan tatapan geram. Dalam keadaan separah inipun dia masih sempat-sempatnya mempertahankan sifat lemotnya.
            “ Apa tidak ada saksi dalam kejadian pak? “ Tanya Juang.
            “ Semua warga sekitar sini sudah kami tanyakan. Tapi tidak ada satupun yang melihat. Mungkin ini terjadi ketika tengah malam.. “
            “ Apa tidak ada seseorang yang bapak curigai dalam hal ini? “ Reza ganti bertanya.
            “ Nah. Iya pak. Betul.. “ saudara kembarnya ikut nyambung.
            “ Kami semua belum bisa memastikan. Pihak sekolah tidak mempunyai bukti apa-apa. Oh ya, kenapa kalian tidak masuk kelas? Teman kalian yang lain sudah masuk dari tadi. “
            “ Jam pertama kami nggak ada gurunya pak. Bu tari sedang keluar kota.. “ Angga menjawab dengan santai.
            “ Oh.. “ pak Ahmadi menganggukkan kepalanya.
            “ Terus apa langkah sekolah selanjutnya pak? Ini semua bukan hal yang mudah untuk ditemukan pelakunya. “
            “ Untuk sementara ini mungkin pihak sekolah hanya akan menunggu kepastian dari kantor polisi. Apalagi yang bisa kita lakukan selain itu? “ jawab pak Ahmadi seraya mengangkat bahunya. Sepertinya dia sudah pasrah dengan kejadian itu. Tidak lama kemudian beliau pun berlalu dari hadapan mereka.
            “ Kejadian ini benar-benar aneh. “ Ujar Rega usai kepergian pak Ahmadi.
            “ Ya. Saya juga merasakan seperti itu. . “ jawab Nana.
Mereka terus memandangi bangunan yang musnah itu sambil berbincang-bincang. Juang mendekatkan dirinya dan melihat tempat itu dengan seksama. Dan beberapa saat kemudian temannya mengikuti dari belakang. Mereka masih tetap fokus dengan tatapannya masing-masing.
            “ Kenapa kalian tetap ada disini? Guru sudah masuk kelas dari tadi.. “Dira sang ketua kelas datang menemui mereka.
Reza dan yang lain segera menoleh ke arah Angga secara bersamaan.
            “ Bukannya tadi kamu bilang hari ini bu Tari ke luar kota? “ Reza bertanya dengan nada dan tatapan yang sedikit curiga ke arah Angga.
            “ Hehehe.. maaf, tadi aku berbohong. Habis aku males harus bertemu guru kriting itu. aku belum ngerjain tugas dari dia. “ Angga menjawab seraya menggaruk-garuk kepalanya pelan.
            “ Apa??????????????? “
_____________________________________________________________________________________________________
Usai menjalakan hukuman dari bu Tari karena telat masuk kelas tadi, Reza dan teman-temannya yang lain langsung istirahat di taman sekolah untuk melepas penat mereka. Hari ini mereka telah mendapat hukuman untuk keliling lapangan selama 15 x putaran. Hukuman seperti ini tidak asing lagi untuk mereka. Karena para personil GHC memang kerap sekali membuat masalah.
“ Semua ini gara-gara loe tahu nggak!! “ Rega membentak Angga.
“ Maaf men. Gue nggak tahu kalau kita bakal kena hukuman kaya gini lagi. “ Angga mencoba untuk merayu Rega.
“ Maaf-maaf!! Becandaan loe kali ini benar-benar nggak lucu ngerti nggak!! “ Rega masih merasa kesal dengan Angga.
“ Iya-iya gue ngerti kok. Makanya gue minta maaf.. “ Angga menunduk.
“ Sudahlah tidak ada gunanya kalian berdebat. Semuanya udah kita lakuin. “ kata  Juang menengahi pertengkaran mereka.
“ Nah, setuju!! “ Angga kembali bangkit dengan wajah ceria.
Sedangkan semua temannya kini tengah menatap tajam ke arahnya. Angga segera menundukkan wajahnya kembali.
            “ guys, pernah nggak kalian berfikir untuk menyelidiki kasus sebotase di sekolah kita ini? “ tiba-tiba Nana bertanya dengan nada serius.
            “ Hahaha. Loe mau jadi detektif sekolah gitu? “ Dhea tertawa lebar.
            “ Bisa aja kan? “ Nana mencoba membela dirinya.
            “ Hahaha. Males gue sama hal gituan.. “ Dhea membuang muka.
            “ Tapi tunggu.... “ Juang memotong pembicaraan.
Mereka kini saling berpandangan satu sama lain. Suasana berubah menjadi hening untuk sesaat. Sepertinya mereka sedang memikirkan ajakan Nana barusan. Dan tidak lama kemudian suasana kembali gempar dengan suara celotehan mereka.
            “ SETUJU!!!!!!!! “ mereka menjawab secara bersamaan.
            “ Eh tapi kapan kita mulai nyelidikinnya? “
            “ Habis pulang sekolah nanti kita kembali lagi ke sini. Tapi jangan sampai ada yang tahu. “ Nana begitu antusias dalam hal ini.
            “ Oke! Nanti kita bagi tugas. “
            “ Kita kumpul di tempat ini aja nanti. Biar lebih mudah.. “
            “ Oke. Siph. “ mereka mengangguk mantap.
            “ Eh. Tapi ntar bawa alat apa? “ Isna kembali memasang muka polosnya.
            “ Sapu!!! Loe kira mau kerja bakti apa pakek bawa alat segala!! Nih orang lemotnya nggak ilang-ilang ya!! “ Angga meringis geram.
            “ Hehehe. Gue kan cuma mastiin aja Angga.. “
            “ Auw ah.. lama-lama gue cuci  juga otaknya ni anak biar hilang lemotnya. “
Anak-anak yang lain hanya tertawa kecil melihat terdebatan keduanya. Angga dan Isna memang seperti itu. Dimana pun tempatnya, mereka jarang sekali saling berbuat baik. Angga kebih suka membentak terlebih dahulu karena sifat Isna yang lemod dalam berfikir.
Tidak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi. Merekapun kembali melajutkan aktifitas belajarnya di kelas.
____________________________________________________________________________________________________
            Sepulang dari sekolah kelompok detektif itu langsung bergegas menuju ke rumah Juang untuk membuat rencana penyelidikan. Langkah pertama yang harus mereka lakukan adalah menghitung dan melihat bangunan apa saja yang telah dirusak oleh kawanan penyelundup tersebut. Kemudian selanjutnya mencari berbagai barang bukti yang bisa mendukung penyelidikan mereka. Dengan membawa senter sebagai alatnya, malam itu usai melakukan ibadah isya’ GHCpun kembali lagi ke sekolah untuk menjalakan misinya yang pertama.
            “ Kita bagi tugas untuk malam ini. Nana sama Reza, kalian lihat bangunan yang lantai atas. Dhea loe ntar sama gue. Kita cek yang bagian dekat tempat parkiran. Dan Isna, Rega sama Angga kalian cek yang dibagian bawah.. “ Juang mengatur tugas.
            “ Tunggu. Masak gue harus satu kelompok sama anak lemot ini sih men,? “ protes Angga.
            “ Nggak papa. Kan masih ada Rega. oke ini senter masing-masing kelompok. Kita mulai penyelidikan dari sekarang.. “
Merekapun mulai menuju ke tempat penyelidikannya masing-masing. Meskipun dengan bibir manyun, Angga akhirnya mengikuti Rega menuju ke gedung bawah juga. Selama dalam perjalanannya ia terus menggerutu dan tidak mau dekat-dekat dengan Isna.
            “ Kamu yakin nggak sih usaha kita bakal berhasil.? “ Dhea berjalan dengan terus mendekap lengan Juang.
            “ Kalau kita berusaha aku yakin kok.. “ Juang menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari sasaran.
            “ Yah semoga saja.. “
Keduanya melanjutkan langkah seraya terus mengawasi keadaan sekitar. Suasana malam itu begitu sunyi nan sepi. Tidak ada sosok seorangpun yang melintasi tempat itu. Hanya ada suara jangkrik dan hembusan angin yang kian terasa mengusik. Selama beberapa waktu angin terus berhembus dengan kencang dan semakin membuat suasana di tempat itu menjadi lebih dingin.
            “ Eh tunggu kenapa mading baru juga mengalami kerusakan? “ Dhea berjalan mendekati arah mading. Dan Juang mengikutinya.
            “ Iya juga ya.. ini benar-benar aneh. “
            “ Kalau dilihat dari situasinya, kemungkinan besar ini semua ulah orang dalam.. “
            “ Iya bray. Aku juga berfikiran seperti itu. “ Merekapun kembali melanjutkan langkahnya.
            Sementara Juang dan Dhea tengah serius dengan penyelidikan mereka, kelompok yang kebagian di gedung bawah justru sebaliknya. Kebanyakan mereka melakukan penyelidikan tersebut dengan banyak perdebatan dan diselingi berbagai tingkah konyol Angga serta kelemotan Isna dalam berfikir.
            “ Wah ini benar-benar penemuan yang luar biasa. “ kata Angga seraya membersihkan barang temuannya.
Rega yang satu kelompok dengannya langsung menoleh dengan cepat. Dia merasa penasaran dengan apa yang ditemukan Angga. Lantas iapun segera berlari ke arah temannya itu.
            “ Apa yang kamu temukan? Apakah kamu menemukan barang milik teroris yang tertinggal disini? “
            “ Bukan men, tapi ini adalah batu geok peninggalan zaman dulu. Batu ini sudah terlihat sangat tua. Bisa untuk menambah koleksi barang antikku di rumah. Menurut buku yang pernah saya baca, ini juga bisa digunakan sebagai jimat. “ Angga menjawab dengan tampang tak berdosa.
            “ Angga.. itu musyrik namanya, percaya sama hal begituan.. “ Isna kembali dengan sifat muslimnya.
            “ Diam loe bocah lemot. Loe tau apaan tentang beginian!! “ Angga melirik sinis kearah Isna.
            “ Angga please deh. Kita ini lagi serius. Hentikan ulah konyolmu untuk saat ini saja! “ tanpa menunggu jawaban dari Angga, Regapun langsung meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan penyelidikan ke tempat yang lain.
Isna hanya diam melihat perdebatan mereka, dan kemudian berjalan mengikuti Rega dari belakang.
            “ Selalu saja gue yang bertindak sebagai penyebab masalah diantara mereka.. “ dengan langkah gontai, Anggapun mengikuti temannya yang lain.
Sudah sekitar dua jam lebih mereka ditempat penyelidikan masing-masing. Juang sebagai ketua dalam penyelidikan ini segera memberi kode kepada teman-temannya untuk kembali berkumpul di tempat yang sudah di tentukan.
“ Gimana? Apa yang bisa kalian dapatkan malam ini? “ Juang bertanya kepada masing-masing kelompok.
  Bagian atas yang rusak adalah bangunan baru semua. Selain itu mading kelas juga ikut rusak..  tapi kita tidak menemukan barang apapun yang bisa menjadi bukti..“ Nana menjawab dengan sedikit menguap karena menahan rasa ngantuk.
“ Kalian gimana? “ Juang beralih pandangan ke arah kelompok Angga.
“ Nihil..!! satu kelompok sama mereka hanya membuat masalah. “ Rega menjawab dengan nada ketus.
“ Masak kalian tidak menemukan sedikitpun? “ Dhea ikut bicara.
“ Tunggu. Tadi aku sempat masuk kelas sebentar. Dan situasinya sama dengan tempat penyelidikannya Nana.. “ tiba-tiba saja Isna ikut nyambung.
“ Oke siph. Berarti semua hasil penyelidikan kita malam ini sama.. “
“ Lho kok bisa gitu ya? “ Reza mulai berfikir.
“ Aku sama Dhea menduga kalau semua ini adalah ulah orang dalam.. “ Juang memandang teman-temannya secara bergantian.
“ Tapi siapa? “
“ Entahlah kita juga tidak tahu.. kita bahkan tidak menemukan bukti barang apapun malam ini. “
“ Terus langkah kita selanjutnya apa? “
“ Kita pikir nanti. Sekarang kita kembali saja ke rumah. Ini udah terlalu larut malam.. “
Juang melihat jam tangan yang melekat pada pergelangan tangan kanannya. Waktu telah menunjukkan pukul 21.30. kelompok itupun memutuskan untuk melajutkan penyelidikannya besok sambil berfikir di rumah masing-masing, apa yang menyebabkan orang  tersebut melakukan semua ini.
_____________________________________________________________________________________________________
            Keesokan harinya mereka semua datang ke sekolah seperti biasa. Pagi itu Angga berlari menuju ke arah teman-temannya dengan keadaan kantung mata yang terlihat begitu tebal. Semua anak yang berpapasan dengannya hanya tertawa setiap kali melihat kantung mata dia yang tampak berbeda dari biasanya.
            “ Hahahaha sumpah men. Loe keren banget.. “ Rega langsung menyambut kedatangan angga dengan senyuman manisnya.
            “ Nih semua gara-gara ide konyol kalian semua. Pulang malem-malem. Kalian sih enak bisa langsung tidur. Nah gua???? Adik gue pakek rewel segala. Satu rumah nggak ada yang bisa tidur gara-gara harus ngurusin dia. “ Angga melirik sinis ke arah Nana.
            “ Aku kan cuma ngajak. Kalau loe nggak mau kenapa ikut? “ Nana menjulurkan lidahnya ke arah Angga.
            “ Au ah gelap. Pokoknya gue nggak mau lagi ikutan yang kaya ginian kalau pulangnya malem-malem.. “
            “ Hahaha. Sabar men.. “ Juang menepuk pundak Angga.
            “ Oh ya gimana dengan rencana kita selanjutnya. Kalian udah menemukan pemikiran lain belum tentang penyebab sabotase ini? “
            “ Ya ampun Dhea. Kita tuh semalem langsung tidur. Nggak sempat mikirin hal itu lagi.. “ Isna menjawab dengan kalem.
Mereka melanjutkan langkahnya menuju kelas. Suasana kelas masih terlihat sama. Semua anak sibuk dengan urusannya masing-masing. Hari ini guru tidak ada yang masuk kelas karena ada rapat komite. Juang dan teman-temannya segera memanfaatkan kesempatan emas ini. Tanpa menunggu lama lagi mereka langsung duduk mengambil bangku dan membentuk lingkaran. Mereka kembali melanjutkan membahas masalah penyelidikan tadi malam.
“ Aku masih bingung dengan penyelidikan ini. jejak teroris sangat sulit untuk di temukan.. “
“ Iya na. Aku juga berfikir kaya gitu. Sekiranya kita semua bakal mampu nggak ya membuka masalah ini sampai tuntas? “
“ Kita harus optimis teman. Semangat! “ Angga memasang tampang semangat, meskipun kelopak matanya masih terlihat tebal.
“ Eh tunggu dulu. Kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya kan? “ tanya Juang.
“ Iya. Kenapa? “ jawab Dhea.
“ Kalian ingat nggak kapan awal mulanya terjadi kerusakan itu? “
“ Tiga hari yang lalu. Kenapa? “
“ Bukan itu maksudnya. Tapi........ oh iya aku ingat sekarang. Kejadian itu berawal setelah pak Novan jadi kepala sekolah. “ Juang menemukan atas jawaban yang di carinya.
“ Terus kenapa? “ Reza bertanya dengan dahi berkerut.
“ Kalau gitu aku paham.. “ Tiba-tiba saja Isna ikut ambil bicara.
“ Nggak usah njawab kamu! Paling juga nggak ada yang sesuai sama ini semua. cewek lemot kaya kamu mana bisa nangkap omongan Juang. Aku aja yang lebih pintar nggak paham.. “ Angga kembali melirik sebal ke arah Isna.
“ Kenapa sih kamu tuh mesti nganggep aku nggak bisa apa-apa? “
“ Ya karena kenyataannya emang kaya gitu.. “
“ Udah-udah nggak usah ribut. Isna tadi mau ngomong apa? “ Juang melerai perdebatan mereka.
“ Tadi mau ngomong apa ya? Tuh kan jadi lupa. Gara-gara kamu sih.. “ Isna melirik Angga dengan tatapan jengkel.
“ Alah. Bilang aja kalau emang nggak tau. Gitu aja pakek alasan. “ Angga terus meledek Isna.. “
“ Oh iya aku inget sekarang.. “ Isna memasang muka ceria.
“ Apa? “
“ Kan tadi Juang bilang kalau kejadian ini berawal dari pergantian kepala sekolah sekarang kan? Bisa saja ada orang dalam yang tidak suka sama beliau terus merusak semua gedung yang telah dia bangun. “
Semua anggota GHC kini tercengang menatap Isna. Mereka tidak menyangka kalau Isna bakal mampu berfikir sampai sejauh itu. Selama ini dia terkenal dengan kelemotannya dalam berfikir. Tapi saat ini, dia justru yang membawa mereka dalam kemenangan.
            Thats  good idea! Ini benar-benar pemikiran yang yang luar biasa. Dari mana loe les kata-kata itu? kapan-kapan gue ikut berguru ya?  “ Angga kembali heboh dengan tingkahnya.
            “ Yeeeee!! Loe tadi ngremehin gue. Sekarang ngomong gitu.. “
            “ Ini memang benar. Semua gedung yang rusak itu adalah hasil dari kepala sekolah kita yang baru. Buktinya kelas-kelas yang bangunan dulu nggak ada yang rusak..” Juang melirik satu persatu bangunan yang telah rusak itu dari jendela kelas.
            “ Terus yang nggak suka sama pak Novan siapa? “ Nana mamandang langit-langit kelas seraya berfikir.
            “ Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. “ Dhea mengikuti aktifitas Nana.
Mereka semua saling diam, berusaha menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul dalam benak mereka. Tidak lama kemudan Isna kembali membuka pembicaraan.
            “ Ada yang menang ada yang kalah.. “
            “ Isna???? “Semua anak saling berpandangan.
Kali ini Isna memang benar-benar membawa keberuntungan untuk mereka. Dari kata-kata yang keluar barusan mereka langsung bisa menyimpulkan penyebab terbesar dari semua ini.
“ Betul sekali!!.. sekarang kalian udah paham kan apa kemungkinan penyebabnya? “ Juang berusaha meyakinkan teman-temannya.
Mereka semua mengangguk mantap.
“ Tidak sia-sia gue punya temen selemot loe. Ternyata ada gunanya juga.. “ Angga menepuk pundak Isna.
Isna hanya melirik sinis ke arah Angga.
“ Jadi langkah kita selanjutnya apa? “ Reza kembali menatap Juang.
“ Sepulang sekolah kita temui pak Ahmadi. Kita tanya sama beliau. Siapa tahu ada yang beliau ketahui. Gimana? “
“ Oke. Siap!!! “ semua menjawab secara bersamaan.
Karena telah menemukan langkah selanjutnya, merekapun kembali melanjutkan aktifitasnya masing-masing. Angga langsung berlari ke depan kelas dan melakukan hal-hal konyol seperti biasanya. Dhea, Nana, dan Isna pergi menuju kantin. Sedangkan yang lain berlatih musik di ruangannya.
_____________________________________________________________________________________________________
Langkah selanjutnyapun dimulai. Setelah melakukan shalat magrib, mereka semua berkumpul di rumah Juang untuk mendatangi rumah pak Ahmadi. Sebelum berangkat mereka membuat lingkaran terlebih dahulu dan membaca do’a secara bersama-sama. Setelah semuanya siap, merekapun segera berangkat.
“ Ayo cepet ketuk pintunya Angga.. “ Rega mendorong tubuh Angga hingga sampai di depan pintu rumah pak Ahmadi.
“ Iya. Bentar.. nggak sabaran amat sih. “ Angga mengusap alisnya dengan kedua ibu jari tangannya yang telah sedikit di beri air ludah.
“ Gila! Nih anak jorok banget sih.. “ Rega segera menjauh dari tubuh Angga. Sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala.
Tok... tok.. tok... Angga mengetuk pintu pak Ahmadi dengan pelan.
“ Spada..? Permisi... “
Namun tidak ada jawaban dari dalam. Angga mengulangi kembali ketukannya dengan volume yang lebih keras daripada ketukan yang sebelumnya. Tak lama kemudian pemilik rumah pun membuka pintu.
“ Oh kalian. Ayo masuk..  “ pak Ahmadi membuka pintu rumah dan menyuruh mereka masuk.
Merekapun ikut masuk dan memulai pembicaraan di ruang tamu.
“ Kenapa kalian datang malam-malam gini? “ pak Ahmadi bertanya dengan memandang mereka satu persatu.
“ Jadi gini pak. Sebenernya dari kemarin kami berusaha untuk mengungkap kasus sabotase di sekolah kita. Jadi maksud kedatangan kami kesini untuk menanyakan suatu hal sama bapak.. “ Juang mewakili teman-temannya.
“ Menanyakan apa? “
“ Apakah hasil pemilihan kepala sekolah kemarin berjalan dengan baik pak? Adakah pihak dari kandidat lain yang tidak menyukai pak Novan menjadi kepala sekolah baru di sekolah kita? “
“ Wah, kalau itu saya juga kurang tahu.. “
Semua personil GHC saling berpandangan dengan wajah kecewa.
“ Kalian yakin bisa melakukan semua ini? ini bukan hal yang mudah lho.. “ pak Ahmadi melanjutkan perkataannya.
“ Kami tahu pak. Itulah sebabnya kami selalu berusaha.. kemarin kami datang ke sekolah untuk melakukan penyelidikan pertama. Tapi kami tidak menemukan bukti apapun. Akhirnya kami datang kemari.. “ Nana berusaha meyakinkan pak Ahmadi.
“ Baiklah. Kalau kalian benar-benar berusaha untuk hal ini. Saya akan bantu kalian. jika nanti saya mendapat info tentang pertanyaan kalian tadi. Saya akan hubungi kalian.. “
“ Beneran pak? Terima kasih pak.. kami sangat senang kalau anda mau membantu kami melakukan semua ini.. “
“ Iya sama-sama.. oh iya. Kalian mau minum apa? “
“ Ah bapak tahu aja kalau kita udah haus dari tadi.. “ Angga tersenyum nyengir.
“ Sebentar biar istri saya yang membuatkannya.. “
Tak lama kemudian keluar seorang gadis cantik dengan membawa minuman di tangannya. Istri pak Ahmadi masih sangat muda. Bahkan jarak keduanya sekitar 10 tahun. Mereka belum di karuniai seorang anak selama dalam pernikahannya. Sudah berbagai cara mereka tempuh, akan tetapi Tuhan memang belum menghendaki untuk mereka.
“ Busyeeett!!! Istrinya cantik banget. Kalau kaya gini gue juga betah setiap hari harus datang ke sini untuk membahas mengenai penyelidikan itu.. “ Angga menatap istri pak Ahmadi tanpa berkedip. Rega yang menyadari tingkah konyol temannya itu segera melakukan sesuatu. Di injaknya kaki Angga sehingga bocah usil itu langsung berteriak sekencang-kencangnya.
“ Adohhhh!!!!!!! Siapa yang nginjak kaki gue? “
  Kenapa Angga? “ pak Ahmadi segera menoleh ke arah Angga yang meringis kesakitan.
“ Biasa pak.. Angga kalau lihat cewek cantik dikit aja matanya langsung ijo!! “ Rega melirik ke arah Angga dengan menjulurkan lidahnya. Sedangkan Angga melototkan matanya kepada Rega.
Semua penghuni rumah tersebut hanya tertawa melihat wajah Angga yang mulai terlihat merah karena menahan perasaan malu.
____________________________________________________________________________________________________
Denting suara sendok terdengar mewarnai suasana makan siang para personil GHC. Setelah susah payah sampai Angga tertidur pulas karena mendengar ceramahnya pak Yoyok, akhirnya mereka melepas semua bebannya dengan makan di kantin.
“ Kalau kaya gini terus aku tidak yakin kita bakalan mampu menuntaskan penyelidikan ini.. “ ujar Nana.
            “ Kita harus yakin men.. yang ngajak semua ini kan pertama kali loe. “ Angga berbicara dengan mengunyah nasinya secara cepet sampai belepotan memenuhi mulutnya.
              Kalau makan ya makan. Jangan pakek ngomong. “ Isna menasehati Angga.
            “ Tuh dengerin apa kata bik Isna.. “ Dhea menepuk pundak Angga.
            Tidak lama kemudian tiba-tiba Dira datang. “ Eh kalian dicari pak Ahmadi tuh.. “
Mereka menghentikan aktivitasnya sejenak. Lantas menatap Dira dengan tajam.
            “ Kenapa kalian malah melihat saya seperti itu? “
Angga segera menoleh ke arah bangku Juang. “ Ini mungkin kabar yang bagus men.. “
Tanpa menunggu lama lagi mereka pun segera meluncur ke meja pak Ahmadi. Diketuknya pintu kantor itu dengan pelan,  dan setelah dibuka, mereka pun masuk ke dalam.
            “ Permisi pak. Apakah anda memanggil kami? “ Juang menundukkan kepalanya ketika tiba di meja pak Ahmadi.
            “ Silahkan duduk dulu.. “
Mereka diajak menuju ke ruang BP, tempat dimana para siswa diintrogasi oleh guru BP ketika melakukan kesalahan.
            “ Pertanyaan kalian kemarin, saya sedikit menemukan jawabannya.. “
            “ Jadi benar-benar ada yang tidak terima dengan hasil pemilihan kemarin ya pak?” Angga mendahului pertanyaan teman-temannya.
            “ Saya juga kurang tahu. Tapi ada salah satu guru yang bilang itu ke saya tadi pagi.. “
            “ Siapa itu pak? “
            “ Tapi saya mohon setelah kalian tahu siapa dia. jangan gegabah melakukan sesuatu. Jangan langsung menyimpulkan kalau dia adalah pelakunya. Lakukan penyelidikan terlebih dahulu. “
            “ Iya pak. Kami akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu.. “
            “ Baiklah. Pak Iwan adalah orangnya.. “
            “ Pak Iwan?????? “ semua anak tercengang.
            “ Iya. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak suka pak Novan menjadi kepala sekolah disini.. “
            “ Tapi apa yang menjadi motif beliau tidak menyukai pak Novan? “ Juang mengerutkan dahinya.
            “ Dari dulu beliau sangat antusias untuk merebut posisi sebagai kepala sekolah. Sebelum menjabat sebagai wakil kepsek, beliau sudah berkelut di bidang nya pak Agus. Segala tugas pak Agus sebagai kepsek dia yang menjalankannya. “ pak Ahmadi mengakhiri kalimatnya dengan meminum kopi.
            “ Baiklah. Terimakasih atas info yang bapak berikan. Kami akan melakukan penyelidikan kembali. Kalau begitu kami permisi dulu pak.. “
Juang dan teman-temannya keluar dari ruangan pak Ahmadi disertai dengan perasaan semangat karena telah menemukan info baru tentang penyelidikan mereka.
“ Wah gila. Gue nggak nyangka kalau pak Iwan ternyata tersangkanya.. “
“ Hem.. aku juga berfikiran seperti itu. Dia selalu terlihat berwibawa di depan kita. Tapi ternyata... “
“ Ingat kata pak Ahmadi tadi. Jangan terlalu gampang ngambil kesimpulan kalau beliau adalah pelakunya. Tapi kita lakukan penyelidikan selanjutnya.. “
“ Nanti setelah jam pelajaran usai. Kita kumpul di ruangan musik, dan membahas masalah ini.. “
Semua temannya mengangguk usai Juang mengakhiri kalimatnya. Tidak lama kemudian bel tanda masuk dibunyikan. Semua siswa berhamburan masuk kelasnya masing-masing. Mata pelajaran selanjutnya adalah bahasa indonesia. Mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh Angga.
____________________________________________________________________________________________________
Berdasarkan rundingan tadi siang, setelah mengetahui siapa orang yang mereka cari selama ini, maka langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan adalah mengintai sasaran dan melihat segala gerak geriknya. Dengan langkah ala detektif, siang itu mereka mulai mendatangi rumah pak Iwan dan memperhatikan suasananya dari kejauhan. Alat yang mereka bawa adalah teropong. Kecuali Angga, diantara semua temannya dia sendiri yang membawa karung.
“ Loe mau panen duren pakek bawa karung segala? “ Tanya Reza dengan nada menghina
“ Jangan salah men. Meskipun barang ini kelihatannya tidak berharga, tapi ini sangat membantu kita.. “
“ Membantu apanya?? “
“ Kalau jadi detektif tuh pakek trik yang bagus donk. Maksudnya gue bawa karung tadi kalau tuh orang dah keluar kan kita enak nangkepnya. Tinggal masukin nih karung aja ke kepalanya. Gampangkan?? “
Semua temannya hanya menghela nafas atas segala tingkah Angga. Mereka sudah sangat hafal seperti apa sifat dia.
Semenit, dua menit, sepuluh menit dan bahkan sampai setengah jam mereka menunggu. Tapi pak Iwan tidak juga keluar dari rumahnya. Mereka terus menunggu di balik pohon depan rumah pak Iwan. Masih tetap berharap hari ini akan menemukan sebuah kunci yang bisa mereka jadikan bukti atas penyelidikannya selama ini. Namun sudah hampir dua jam mereka berdiri di tempat itu dan pak Iwan tak kunjung juga keluar.
“ Gila! Sudah hampir dua jam kita berdiri di sini tapi tuh teroris nggak juga nongol.. “ Angga mengumpat.
“ Sepertinya dia tidak akan keluar hari ini.  Keadaan rumah terlihat kosong dari tadi.  Mungkin mereka semua udah pergi jauh sebelum kita datang kesini. “  ujar Nana.
“ Yah mungkin seperti itu.. “ Juang membalikkan badan seraya menyadarkan tubuhnya pada pohon.
“ Terus apa yang akan kita lakukan selanjutnya? “
            “ Iya brow.  Masak kita harus nunggu di sini terus sampai tuh orang muncul sih? “ Dhea memandang Juang dengan muka melas. Sementara yang lain hanya mendengarkan pembicaraan seraya duduk di bawah pohon.
            “ Kita pulang saja dan melanjutkan menyelidiki besuk. Kalau kita tetap tidak menemukan apapun ya entahlah. Penyelidikan ini terlalu berat untuk anak seusia kita. Polisi saja bahkan belum bisa menemukan. “ Juang berbicara dengan mengangkat bahunya. Sepertinya dia sudah mulai menyerah dengan penyelidikan tersebut.
            “ Wah. Nggak bisa gitu men. Kita udah mati-matian masak kita nyerah.. “ Angga berusaha membangkitkan kembali semangat Juang.
            “ Iya brow. Kita harus yakin kalau kita pasti bisa! “ Dhea mengikuti.
Sementara para personil GHC tengah berusaha membangkitkan semangat sang ketua. Kini keadaan sekolah mulai terdengar rame kembali. Polisi yang kemarin diberi tugas untuk membantu sekolah tersebut siang itu datang menemui kepsek.
            “ Bagaimana pak? Apakah anda sudah menemukan bukti dari kasus ini?” pak Novan bertanya dengan wajah panik.
            “ Maafkan kami pak. Jejak tersangka sangat sulit ditemukan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tetap saja kami belum menemukan bukti apapun.. “
            “ Terus bagaimana ini pak?”
            “ Kami akan tetap berusaha semampu kami pak. Kami hanya menduga kemungkinan semua ini adalah ulah orang dalam. Karena dulu kami sempat menangani kasus yang persis seperti ini, dan pelakunya adalah orang dalam. Teman korban sendiri..“
            “ Tapi siapa pak? “ pak Novan semakin terlihat panik.
            “ Kami juga belum bisa memastikan pak. Itu hanya sekedar dugaan sementara saja.”
Pak Ahmadi yang mendengar penjelasan polisi tersebut hanya terpaku dan semakin yakin dengan penyelidikan yang telah dilakukan oleh para personil GHC. Ia mulai berfikir kalau anak-anak GHC bukanlah murid yang biasa seperti yang lain. Tapi mereka memang sedikit memiliki bakat dalam hal ini. Dengan langkah ragu pak Ahmadi mulai mendekati kepala sekolah dan menenangkan pikiran pak Novan yang sudah terlihat semakin panik itu.
            “ Tenang pak. Mereka pasti bisa menyelesaikan semua penyelidikan ini.. “
Pak Novan hanya menganggukkan kepalanya seraya tertunduk lemas. Semua guru yang melihat kejadian itu saling berbisik dan merasa penasaran dengan siapa pihak dalam yang dimaksud oleh polisi tadi. Disisi lain, pak Iwan yang telah di duga sebagai pelaku atas semua ini, kini tengah berdiri dibalik pintu masuk ruangan guru seraya mengawasi mereka dengan tersenyum.
_____________________________________________________________________________________________________
            Setelah kemarin gagal melakukan penyelidikan. Malam ini mereka datang lagi ke rumah pak Iwan dan melanjutkan mengintai kembali rumah tersebut. Juang yang awalnya mulai menyerah sebagai pelopor penyelidikan ini, kini kembali terlihat bersemangat berkat rayuan teman-temannya kemarin. Akan tetapi Dhea tidak bisa ikut karena harus menjaga ayahnya yang sedang berbaring di rumah sakit.
Usaha mereka ternyata tidak sia-sia malam itu. Akhirnya pak Iwan keluar juga dari rumahnya. Dia tampak buru-buru masuk ke dalam mobil. Para personil GHC segera bangkit dan mengikuti kemana arah mobil pak Iwan. Dengan laju mobil yang sangat pelan, mereka mengawasi gerak-gerik pak Iwan dari jarak sekitar 100 M.
Tidak lama kemudian mobil pak Iwan pun berhenti. Dan ternyata beliau datang ke sekolah malam itu. Entah apa yang akan dilakukan oleh wakil kepsek tersebut, yang pasti dia berjalan sangat pelan dan sesekali mengawasi keadaan di sekitarnya. Dengan berjalan secara mengendap-endap Juang dan kawan-kawannya terus mengikuti langkah pak Iwan dari belakang. Namun sesaat tiba-tiba bayangan pak Iwan menghilang begitu saja. Sehingga mereka kehilangan jejak selanjutnya.
“ Kemana hilangnya tuh orang? “ Juang berusaha mencari di mana keberadaan pak Iwan.
“ Iya-ya.. cepet banget ngilangnya tuh orang..”
“ Terus kita musti gimana donk? “ Nana bertanya ke arah Juang.
“ Entahlah.. “
Tidak lama kemudian tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara lelaki dari belakang.
“ Apa yang kalian lakukan di sini? Apa kalian mengikuti saya? “ suara pak Iwan mengalihkan pandangan mereka.
Semua personil GHC tampak panik dan sulit untuk menjawab. Mendadak suasana berubah menjadi hening. Mereka terlihat sangat kebingungan untuk mencari alasan. Akhirnya Angga bertindak sebagai pahlawan dan mencairkan suasana yang mulai hening itu.
“ Lha bapak sendiri ngapain di sini? Kita lagi nyari sesuatu. Lebih tepatnya berpetualangan di tengah malam.. “
Juang dan yang lain menghembuskan nafas. Kali ini Angga benar-benar membantu mereka.
“ Saya sedang mencari kunci motor saya yang ketinggalan tadi pagi.. “ pak Iwan kembali menjawab.
“ Owh kalau gitu kami bantu pak..? “
“ Eh, em.. tidak usah. Kuncinya sudah saya temukan. Kalau gitu saya pulang duluan. Kalian hati-hati, ini udah malem.. “ pak Iwan terlihat sangat gugup. Lantas tak lama kemudian beliau pun berlalu dari hadapan mereka.
“ Uhhh., hampir saja kita tadi tertangkap. “ Juang menghela nafas panjang.
“ Kan ada gue.. “ kata Angga seraya mengangkat kerah bajunya.
“ Iya juga sih. Nggak sia-sia juga kita punya temen kayak loe. Sedikit membantu sih.. “ Rega menepuk pundak Angga keras.
“ Gila! Pelan-pelan ngapa! “ Angga meringis kesakitan.
“ Eh, tapi aku semakin curiga sama tu orang.. “ Nana mendekat ke arah Juang.
“ Sama aku juga. Kalian lihat kan tadi betapa gugupnya dia saat Angga tanya ngapain tujuan dia kesini. Kelihatan banget gitu bo’ongnya.. “
“ Juang.. Juang.. Mana ada sih maling yang mau ngaku. Kalau semua maling mau ngaku, bisa-bisa penjara penuh..” Isna berkata dengan nada polosnya.
“ So, apa langkah kita selanjutnya? Aku benar-benar yakin kalau dia adalah tersangkanya.. “ Reza ikut ambil bicara.
“ Kita awasi terus saja gerak-gerik dia gimana. Kalau kita punya bukti yang cukup baru kita ngomong ke pak Ahmadi..  gimana? “
“ Oke!! “
_____________________________________________________________________________________________________
“ Gimana penyelidikan kalian tadi malam? “ Dhea datang dan segera menghampiri teman-temannya yang tengah dalam perjalanan menuju kelas.
“ Baik. Bahkan bisa dikatakan sukses.. “ Isna menjawab dengan tersenyum.
“ Beneran?? “ Dhea kembali bertanya dengan nada kaget.
“ Hemm ya begitulah. Oh ya gimana kabar ayahmu? Maaf ya kami belum sempat menjenguk.. “ Nana menjawab.
“ Nggak papa kok. Kata dokter besuk juga udah boleh pulang.. “
“ Syukurlah kalau gitu.. “
Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Selama dalam perjalanan mereka terus membahas mengenai penyelidikan tadi malam. Sedangkan Dhea hanya bingung sendiri karena tidak paham dengan apa yang mereka bahas. Ketika sedang asyik membicarakannya, tiba-tiba saja pak Ahmadi datang menemui mereka.
“ Apa yang kalian katakan kemarin memang benar.. “
“ Maksudnya pak? “ Reza bertanya dengan dahi berkerut.
“ Tentang penyelidikan itu. Kemarin polisi datang kesini.. “
“ Terus.. terus gimana pak? Apa yang mereka katakan? “
Para personil GHC saling bergerombol dan berebut tempat agar bisa mendengarkan penjelasan pak Ahmadi. Dan seperti biasa, Angga tidak mau kalah dengan teman-temannya. Dia selalu ingin menjadi orang yang terdekat dengan narator.
“ Ya seperti yang kalian katakan kemarin malam. Semua kejadian ini diperkirakan penyebabnya adalah orang dalam.. “
“ Tidak salah lagi! “ Angga berbicara dengan nada keras sampai air liurnya muncrat ke arah Rega.
“ Woee! Nggak usah pakek kuah juga kalee!!! “ Rega melirik geram ke arah Angga.
“ Hehehe.. peace men. Kagak sengaja. Beneran dech.. sumpritt.. “
Semua anak yang melihat tingkah usil Angga seperti biasanya, mereka hanya menggelengkan kepala seraya berdecak geram melirik ke arahnya. Dan sesaat kemudian pak Ahmadi kembali melanjutkan kalimatnya.
            “ Terus bagaimana dengan penyelidikan kalian sampai saat ini? “
            “ Kami sudah yakin kalau beliau adalah orang yang kita cari selama ini. tapi kami sangat kesulitan dalam menghadapi beliau. Sangat sulit dalam menemukan bukti tentang dia.. “
            “ Memang orang yang kalian hadapi saat ini bukanlah orang yang mudah. Dia bisa melakukan segala cara agar kedoknya tidak terbuka. Kalian tidak pernah mendengar berita yang sedikit heboh tentang dia? “
Barisan kembali merapat. Mereka sangat penasaran dengan cerita pak Ahmadi yang selanjutnya. Angga segera mendesak teman-temannya dan kembali ke barisan paling dekat dengan pak Ahmadi.
            “ Dulu dia sempat akan dikeluarkan dari sekolah ini karena sebuah kasus.. “
            “ Kasus apa itu pak? “ Dhea bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari mulut pak Ahmadi.
            “ Dia menghamili salah satu siswi di sekolah ini.. “
            “ Apa??????????!!! “
Mereka sangat terkejut dengan perkataan pak Ahmadi barusan. Mereka benar-benar tidak menyangka kalau pak Iwan ternyata guru yang separah itu. selama ini beliau terlihat sangat berwibawa di hadapan para siswa. Tapi ternyata beliau memiliki masa lalu yang begitu buruk.
            “ Tapi kenapa sampai saat ini beliau belum di pecat juga pak?”
            “ Nah itulah yang menjadi tanda tanya besar para guru sampai saat ini. saat pak Agus ingin memecat dia, tiba-tiba saja beliau berubah pikiran. Dan hasilnya ya seperti sekarang. Dia masih tetap leluasa berada di sekolah ini.. “
            “ Apa dia memiliki suatu keahlian khusus pak? Kayak magic atau apa gitu? “
            “ Saya juga kurang tahu. Tapi para guru menduga kalau dia memiliki teman seorang dukun. Dan itu adalah senjata ampuhnya selama ini.. “
Semua personil GHC termenung untuk sesaat. Mereka merasa tidak akan sanggup untuk melanjutkan penyelidikan ini, melihat betapa sulitnya musuh yang mereka hadapi saat ini. sesaat semangat mereka mulai luntur secara perlahan. Ketika pak Ahmadi telah pergi dari hadapan mereka, Juang mengambil tempat bangku yang tadi diduduki oleh pak Ahmadi.
            “ Kali ini kita memang harus angkat tangan. Musuh yang kita hadapi tidaklah mudah.. “
            “ Gila ya tuh orang. Udah tukang cabul, pakai dukun pula.. “ Angga tak henti-hentinya menggelengkan kepalanya sendiri.
            “ Jadi sah ni kita mundur sekarang? “ Reza bertanya dengan nada lemas.
            “ Yah. Mau gimana lagi.. Aku rasa kita sudah kalah sebelum kembali berperang.. “
            “ Emang kemarin kita sedang perang ya? Tapi kok nggak bawa tombak, pedang atau pistol gitu ya?? “ Isna kembali dengan otak lemodnya.
            “ Isna!!!! “ Nana berteriak geram.
Para personil GHC kini benar-benar dilanda galau. Saat itu juga mereka langsung memutuskan untuk berhenti melanjutkan penyelidikannya selama ini. mereka sudah sepenuhnya menyerahkan tugas itu kepada pihak kepolisian.
_____________________________________________________________________________________________________
                   Sejak saat itu mereka kembali ke keadaan awal. Angga mulai sibuk dengan aktivitas konyolnya, Juang dan kawanan cowok GHC  yang lain segera kembali ke kegiatan bermusik mereka, sedangkan personil GHC yang cewek kembali ke hobbi gosipnya. Suasana benar-benar kembali seperti semula sebelum ada penyelidikan itu.
                   “ Gimana tugas kita untuk hari ini? loe masih ingetkan? “
                   “ Hah gue udah gitu loh.. “ Angga mencolek hidungnya dengan PD.
                   “ Tumben loe udah? Biasanya paling malas sama tugasnya guru kriting itu.. kalau gitu ntar kita semua ngutip ya?? “
                   “ Loh jangan salah men. Survei membuktikan seburuk-buruknya seseorang itu pasti masih punya suatu kelebihan. Contohnya gue gitu.. “
                   “ Hahaha iya! Kelebihan loe tukang pembuat onar di sekolah.. “ Nana menjulurkan lidahnya.
                   “ Huuuu.. lihat aja ya nanti kalau sampai gue jadi lulusan terbaik tahun ini. kalian semua harus traktir gue satu persatu! “
                   “ Loh nggak bisa gitu men. Justru loe loe semua  yang seharusnya nraktir gue.. “
                   “ Hahaha.. tapi gue nggak yakin kalau loe jadi juara.. “
                   “ Oke kita lihat aja nanti.. “
                   “ Eh udah telat nih.. masuk kelas yuk? “
                   Juang memperlihatkan jam tangannya ke arah yang lain. Waktu telah menunjukkan pukul 07.20. Saat ini mereka sudah telat 20 menit dari jam masuk. Mereka pun segera melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan berlari.
                    Suasana ruangan itu masih tetap sama. Semua anak terlihat tengah sibuk memperhatikan guru kriting itu menjelaskan meterinya. Dengan berjalan secara mengendap-endap, para personil GHC masuk kelas melalui pintu belakang dan menuju ke bangku masing-masing. Namun belum sempat mereka sampai pada tempat yang dituju, tiba-tiba saja bu Tari menoleh ke belakang dan menegur mereka.
                   “ Kalian lagi!!! Sekarang sudah jam berapa? “ sentak guru kriting itu.
                   “ Jam 07.25 bu.. hehehe “ Angga menjawab dengan nyengir, sedangkan yang lain tengah terdiam menunduk.
                   “ Kalian ini sudah kelas tiga! Sebentar lagi akan menghadapi ujian. Tapi kelakuan masih saja tetap sama! “ guru itu kembali menggertak.
                   “ Maaf bu kami khilaf.. “ Angga kembali menjawab.
                   “ Khilaf kok terus-terusan!”
Guru kriting itu kini bagaikan gunung api yang siap memuntahkan lahar panasnya. Asap tebal sudah siap untuk keluar dari ubun-ubun. Semakin tinggi dan terus meninggi sampai ke puncaknya. Wajahnya yang sudah mulai terlihat sedikit keriput itu mulai berubah warna menjadi merah. Menunjukkan betapa marahnya guru itu saat ini.
                   “ Tenang bu. Dalam agama, marah itu diharamkan. Dan barang siapa yang suka marah-marah, maka dia adalah temannya setan.. “ Isna berusaha mencairkan suasana itu dengan sedikit dalilnya.
                   “ Kamu lagi! Jilbabmu segedhe taplak gitu. Tapi lemodnya nggak ilang-ilang! Mana tugas kalian??? “
Rega dan yang lain menyodok lengan Angga seraya berbisik. “ Mana men kerjaan loe? Biar kita kutip kilat dulu.. “
                   “ Tugas yang mana nih? Gue belum ngerjain.. “
                    Apa??????? Lha tadi katanya udah.. “
                   “ Hehehe.. udah inget gitu men maksudnya.. “
                   “ Anggaaaaa!!!!!!!!!!!”
Guru itu terus mengawasi mereka dengan tatapan tajam dari arah belakang. Semua personil GHC terlihat sangat bingung. Angga yang tadinya mereka jadikan andalan untuk tugas terebut ternyata juga belum mengerjakan tugasnya.
                   “ Ini sudah saya duga! Kalian pasti belum mengerjakankan?”
Semua anak itu diam menunduk. Tidak ada komentar sedikitpun.
                   “ Saya benar-benar tidak paham dengan apa yang ada dalam jalan pikiran kalian sampai sejauh ini. kenapa tidak sedikitpun mengalami perubahan?!! Sekarang kerjakan soal ini dan tulis sampai selesai!!! Dan kumpulkan setelah pelajaran berakhir!! “ teriak bu Tari seraya menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisikan 100 soal fisika.
Juang dan yang lainnya mengambil kertas itu dan segera menuju ke bangku masing-masing.
                   “ Kalau kita kaya gini terus kapan berubahnya? “ kata Nana ketika di tengah-tengah pengerjaan tugas.
                        “ Iya juga sih. Loe tuh Ngga yang seharusnya cepat tobat. Tingkah kamu tuh selalu ngeselin.. “
                   “ Loh kenapa harus gue?”
                   “ Ya tanya aja pada diri kamu sendiri.. “
                   “ Udah-udah. Kita selesain dulu nih tugas. Jangan ngobrol terus.. “ Juang menasehati mereka tanpa mengalihkan pendangannya dari soal yang di berikan bu Tari tadi.
Mereka segera menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat. Angga terlihat sangat serius dalam mengerjakan. Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan kepedeannya. Sedangkan Dhea tampak bingung mencari contekan dari teman-temannya. Beberapa menit kemudian bel tanda ganti pelajaran pun berbunyi. Para personil GHC tampak tergesa-gesa menyelesaikan tugas tersebut dan menyerahkan kepada bu Tari sebelum beliau keluar dari kelas.
_____________________________________________________________________________________________________
                   4 bulan telah berlalu. Sebentar lagi ujian kelulusan akan segera dilaksanakan. Sekarang mereka telah duduk di bangku kelas tiga. Semua murid sudah mulai terlihat sibuk mengikuti les sana sini agar mereka lulus dengan nilai yang baik. Sementara itu para personil GHC kini tengah sibuk dengan aktivitas baru mereka, yaitu belajar kelompok secara keliling.
                   Siang itu usai pulang sekolah, jadwal belajar kelompoknya adalah bertempat di rumah Nana. Tapi karena rumah Nana digunakan rapat oleh teman-teman ayahnya, akhirnya mereka memutuskan untuk belajar kelompok di sekolah saja. Setelah pulang sekolah mereka segera meminta ijin kepada penjaga sekolah dan sekaligus meminta kunci kelasnya.
                   “ Huah.. gue males banget sebenarnya belajar hari ni.. gue lagi nggak enak badan.. “ Angga menguap dengan lebarnya.
                   “ Busyeeett kebiasaan loe makan jengkol kenapa nggak ilang-ilang sih.. “ Rega kenutup mulut menggunakan kedua telapak tangannya.
                   “ Hehehe.. sori men. Tadi gue emang lupa nggak sikat gigi.. “
                   “ Angga!!!! “ semua temannya berteriak ke arah telinganya.
                   “ Adoh!! Nggak usah triak-triak gitu ngapa? “ Angga segera memegang telinganya yang berdengung karena teriakan teman-temannya.
Mereka kembali melanjutkan aktivitas belajarnya. Selama ini mereka jarang sekali belajar. Pada saat ulangan harian saja mereka justru keluyuran main layangan di halaman rumah Angga. Tapi sejak  kena hukuman kemarin, mereka terlihat berbeda. Baik dalam sikap maupun kebiasaan mereka yang buruk selama ini secara perlahan mulai berubah menjadi lebih baik. 
Ketika yang lain tengah sibuk membahas soal matematika yang begitu sulit sampai menguras pikiran mereka, tiba-tiba saja Angga kebelet pengen kencing. Tanpa menunggu lama lagi dia segera berlari menuju toilet.
                   “ Huh. Akhirnya nih pestol lega juga.. “ Angga keluar dari toilet seraya memperbaiki resleting celananya.
Saat akan melanjutkan langkahnya menyusul teman-temannya, tiba-tiba saja dia mendengar percakapan seseorang dari balik pintu ruang guru. Didengarkannya suara itu secara dalam-dalam.
                   “ Hahaha.. biar rasain tuh semua orang pada gempar nyari pelaku sabotase kemarin. Kita santai aja. Mereka tidak akan mungkin menemukan jejak kita.. “
                   “ Tapi sepertinya mereka mulai sedikit tahu kalau pelakunya adalah orang dalam.. “
                   “ Kalau pun mereka tahu, mereka tidak akan mungkin mengira kalau itu adalah kita.. “
Angga segera mengintip mereka dari balik jendela. Dan betapa terkejutnya dia sosok orang yang di dengarnya tadi adalah pak Iwan dan pak Hadi. Mereka semua adalah kandidat dari kepala sekolah kemarin yang tidak menang dalam pemilihan. Angga segera mengambil ponselnya dan merekam semua pembicaraan kedua guru tersebut.
Setelah beberapa menit lamanya ia berdiri di balik pintu untuk merekam semua pembicaraan penting itu. Akhirnya ia pun menutup rekamannya dan segera menunjukkan hasil rekamannya itu kepada teman-temannya yang lain.
                   “ Gila men! Sekarang kita benar-benar punya bukti tentang penyelidikan kita yang tertunda kemarin.. “ Angga berkata dengan nafas ngos-ngosan.
                   “ Maksudnya? “ Juang bertanya dengan dahi berkerut.
                   “ Coba kalian dengerin ini.. “
                   Angga mulai memutar rekamannya tadi. Semua temannya sekarang tercengang, dan sesaat suasana berubah menjadi hening. Mereka saling memandang Angga dengan tatapan tak percaya. Apa yang mereka cari selama ini akhirnya terungkap sudah. Sekarang mereka hanya tinggal menyerahkan rekaman itu ke pak Ahmadi agar segera ditindak lanjuti.
_____________________________________________________________________________________________________
                   Keesokan harinya mereka segera mengasihkan hasil rekamannya tersebut ke pak Ahmadi. Pak Ahmadi sangat berterima kasih kepada 7 serangkai karena telah berhasil mengungkap misteri kasus sabotase itu. Dan setelah semuanya  terungkap, akhirnya pak Iwan dan pak Hadi dikeluarkan dari sekolah itu. Seluruh warga SMA Bougenvile sangat senang dan berterimakasih kepada GHC. Sejak saat itu, GHC yang dulu dianggap sebagai kumpulan anak yang tukang pembuat onar, sekarang dinobatkan sebagai kumpulan detektif yang paling handal di SMA Bougenvile. Angga hanya tersenyum bangga setiap kali mendengar pujian dari beberapa siswi di kelas.
                   Hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Setelah susah payah sampai harus keliling rumah teman-temannya satu persatu untuk belajar kelompok, pengumuman hasil ujian akhirnya dibagikan hari ini. Semua anak penghuni kelas XII ipa 2 saling berpegangan tangan mendengar pengumuman yang akan di pasang di mading sekolah. Mereka terlihat sangat cemas menanti pengumuman tersebut. Begitu juga dengan para personil GHC.
                   Tidak lama kemudian pak Ahmadi datang dengan membawa selembaran kertas. Semua anak terlihat bergerombol untuk melihat isi kertas tersebut. Dan setelah melihat hasil pengumuman mereka semua langsung berteriak histeris. Untuk tahun ini SMA Bougenvile secara resmi 100% dinyatakan lulus. Dan yang paling pentingnya lagi, lulusan terbaik tahun ini adalah Angga.
                   “ Selamat ya Angga. Kamu memang hebat.. “ pak Ahmadi memberikan ucapan selamat kepada Angga.
                   “ Ah biasa saja pak. Hehehe “ Angga memasang muka sedikit jaim.
                   “ Oh ya. Terima kasih sekali atas pengungkapan kerusakan sekolah kita kemarin. Kalian benar-benar hebat.. “
Semua personil GHC tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dan tak lama kemudian pak Ahmadi pun berlalu dari tempat papan pengumuman.
                   “ Wah gila loe! Nggak nyangka kalau loe bakal jadi lulusan terbaik.. “ Rega nimpuk kepala Angga dengan kertas.
                   “ Hehehe.. gue gitu loh.. “ Angga menjawab seraya mengangkat kerah bajunya.
                   “ Selamat ya Angga? “ Isna mengulurkan tangannya.
                   “ Sekarang kalian semua mengakui kan kalau gue tuh hebat? “ Angga kembali memasang muka PD nya.
                   “ Iya-iya bawel.. hahaha “
Juang dan yang lain dengan cepat mengangkat tubuh Angga dan menggendongnya menuruni tangga kelas seraya bersenda gurau. Angga hanya tersenyum geli melihat ulah teman-temannya itu.

----end-----